DEMAM TIFOID

PENDAHULUAN
• Penyakit endemis di Indonesia
• Disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella Typii
• Pada minggu pertama sakit Demam Tifoid sangat
sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya
sehingga perlu pemeriksaan biakan kuman
• Kuman masuk melalui makanan/minuman, setelah
melewati lambung mencapai ileum dan setelah
menembus dinding usus mencapai folikel limfoid
(plauque payeri)
 lanjutan

• Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam

sirkulasi darah (baktermia primer) mencapai RES
untuk bermultifikasi
• Setelah mengalami bakteremia sekunder kuman
menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal)
• Masa inkubasi 10-14 hari
• Demam naik secara bertahap tiap hari,
mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu
pertama, minggu kedua demam terus-menerus
tinggi
• Anak sering mengigau (delirium), malaise,
letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut,
diare atau konstipasi, muntah, perut kembung
• Pada demam tifoid berat dapat dijumpai
penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
• Kesadaran menurun, delirium
• Lidah tifoid, yaitu dibagian tengah kotor
dan bagian pinggir hiperemis
• Meteorismus
• Hepatomegali atau splenomegali
• Kadang disertai ronkhi
 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Darah tepi perifer
Anemia, Leukopenia, limfositosis relatif, trombositopenia
• Pemeriksaan serologi
 Serologi widal : kenaikan titer O 1:200 atau kenaikan
4 kali titer fase akut ke fase konvalesens
 Kadar IgM dan IgG
• Biakan salmonela
• Pemeriksaan Radiologi
• Antibiotik
Kloramfenikol (drug of choice) 50-
100mg/kgbb/hari oral/IV dibagi 4 dosis
selama 10-14 hari
• Kortikosteroid diberikan pada kasus berat
dengan gangguan kesadaran dosis 1-
3mg/kgbb/hari intravena dibagi 3 dosis
hingga kesadaran membaik
• Bedah
Diperlukan pada penyulit perforasi
 Lanjutan Tata Laksana

• Suportif
 Demam tifoid ringan dapat dirawat
dirumah
 Tirah baring
 Isolasi memadahi
 Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
 Lanjutan Tata Laksana
• Indikasi rawat inap
 Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan kalori,
terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila
perlu berikan melalui sonde lambung
 Mempertahankan oksigenasi jaringan bila perlu
berikan oksigen
 Koreksi asam basa dan elektrolit
 Segera berikan antipiretik terutama pada anak
dengan riwayat kejang demam
 Pemberian tranfusi
 Lanjutan
• Pemantau
 Evaluasi demam dengan memonitor suhu, bila
setelah hari ke4-5 setelah pengobatan demam
tidak reda evaluasi adanya koplikasi dan sumber
infeksi lain
 Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam
selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan
membaik, klinis perbaikan dan tidak ada
komplikasi
 PENYULIT
• Intraintestinal : perforasi usus atau
perdarahan saluran cerna
• Ekstraintestinal : tifoid ensefalopati,
hepatitis tifosa,meningitis,
pneumonia, syok septik dll
 PENGKAJIAN
 Subyektif
Demam (onset, durasi, pola, pengobatan)
Adanya gangguan pencernaan
Adanya penurunan kesadaran
 Obyektif
Hasil pemeriksaan fisik
 Diagnosa Keperawatan

 Hidrasi
 Resiko ketidakseimbangan elektrolit
 Kekurangan volume cairan
 Resiko kekurangan volume cairan
 Fungsi Gastrointestinal
 Konstipasi
 Resiko konstipasi
 Diare
 Lanjutan Diagnosa Keperawatan

 Respon kardio/pulmonal
 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak
 Termoregulasi
 Hipertermia
 Kenyamanan fisik
 Gangguan rasa nyaman
 Mual
 Nyeri akut
 INTERVENSI

 Tindakan mandiri
 Tindakan kolaboratif
 Evaluasi
Mengevaluasi respon pasien terhadap
intervensi yang telah diberikan
 Daftar Pustaka

• Nanda international.diagnosa keperawatan : definisi &

klasifikasi 2015-2017.Jakarta: EGC 2015
• Pedoman pelayanan medis IDAI jilid 1,cetakan pertama tahun
2010
• Pedoman pelayanan medis IDAI jilid 2,cetakan pertama tahun
2011
• Pemeriksaan klinis bayi dan anak. Jakarta : CV sagung seto
2014