Sunteți pe pagina 1din 21

KONSEP SUFOKASI DAN

DROWNING
Nensi Nur Asifah - 131511133055
KONSEP SUFOKASI
Nensi Nur Asifah - 131511133055
DEFINISI
 Sufokasi disebut juga dengan mati lemas, merupakan bentuk asfiksia
akibat obstruksi pada saluran udara menuju paru – paru yang bukan
karena penekanan pada leher atau tenggelam. Sufokasi merupakan suatu
keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian (Amir,
2007).
 Sufokasi merupakan bentuk asfiksia yang dapat disebabkan oleh adanya
sumbatan pada saluran nafas, inhalasi benda asing ke jalan nafas, atau
lingkungan yang kurang oksigen (terjebak dalam ruang tertutup atau dalam
lingkungan yang penuh gas beracun) (Rastogi & Rao, 2011).
ETIOLOGI
Menurut Yustisiari 2009, sufokasi dapat terjadi akibat :
• Pembekapan (smoothering)
• Tersedak benda asing (Gagging and Choking), missaltersedak bakso atau
biji-bijian.
• Penekanan pada dada, misal kecelakaan
• Inhalasi gas berbahaya (karbondioksida, karbonmonoksida dan sulphur
dioksida
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada seseorang yang mengalami sufokasi biasanya samar
dan tidak spesifik, gejala lain yang mengancam jiwa seperti lemas, pucat,
sianosis, atau apnea (Bellmare, 2006).

Sedangkan menurut James, et all 2003, tanda klinis pasien dengan sufokasi :
1. Temuan Eksternal : Hipoksia, sianosis, edema, petekie hemoragic,
perdarahan.
2. Temuan Internal : Perdarahan intracranial, edema serebral, pulmonary
edema, perdarahan visceral, fluidity of blood, kongesti visceral dan
pembengkakan pada jantung kanan.
CONT’…
Pada orang yang mengalami sufokasi akan timbul gejala yang dapat dibedakan
dalam 4 fase yaitu (Yustisiari,2008 ) :
1. Fase Dispnoe,
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma
akan merangsang puasat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitudo
dan frekwensi pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi
dan mulai tampak tanda – tanda sianosis terutama pada muka dan tangan
2. Fase Konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan
saraf pusat sehingga terjadi konvulsi ( kejang ), yang mula – mula berupa kejang
klonik tetap kemudian menjadi kejang tonik,dan akhirnya timbul episode
epistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah
juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam
otak akibat kekurangan O2.
CONT’…
3. Fase Apnoe
Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan
dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat
terjadi pengeluaran cairan sperma,urin dan tinja.
4. Fase Akhir
Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti
setelah kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher.Jantung masih
berdenyut beberapa saat setelah pernafasan berhenti.
PATOFISIOLOGI
Pembekapan, tersedak benda asinh,
penekanan pada dada, inhalasi gas

Proses ventilasi terganggu

Oksigen darah berkurang, disertai dengan


peningkatan karbon dioksida (hiperkapneu)

Sufokasi

Sel mengalami hipoksia

Kerusakan organ
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sufokasi (Rahman, 2000) :
1. Pindahkan korban ke tempat yang aman dan datar
2. Pastikan ABC korban baik
3. Berikan oksigenasi yang adekuat
4. Pertahankan tekanan darah arterial dalam batas normal
5. Longgarkan pakaian korban
6. Bila korban dalam keadaan sadar mintalah korban untuk muntah
7. Bila korban tak sadarkan diri, lakukan prosedur pembebasan jalan nafas
8. Berikan bantuan hidup dasar, CPR dan lakukan manuver Heimlich
LANJUTAN,
Upaya pencegahan sufokasi pada anak-anak (Rahman, 2000) :
1. Jangan tinggalkan bantal, selimut, boneka, ayunan atau mainan-mainan
lainnya di tempat tidur bayi tanpa pengawasan
2. Periksa dan pastikan tidak ada celah antara kasur dengan tempat tidur
bayi
3. Jangan berikan anak-anak di bawah 3 tahun untuk makan makanan kecil,
bulat atau keras seperti kacang, permen,anggur dll
4. Jangan biarkan anak anak makan sendirian, pastikan mereka diam saat
makan
5. Jangan berikan makanan pada anak yang sedang menangis.
6. Pastikan anak bermain dengan mainan yang sesusai dengan usia anak
KOMPLIKASI (MANOE & AMIR, 2003)
1. Kardiovaskuler, dapat mengalami iskemia miokardial transien dan secara
klinis dapat ditemukan gejala gagal jantung.
2. Ginjal, dapat menibulkan gangguan perfusi dan dilusi ginjal, serta kelainan
filtrasi glomerulus.
3. GI Tract, resiko terjadinya iskemia saluran cerna dan enterokolitis nekrotin.
Hal ini disebabkan karena terjadinya redistribusi aliran darah ke organ-
organ vital.
4. Hati, hati dapat mengalami kerusakan yang berat sehingga fungsinya
dapat terganggu.
KONSEP DROWNING
Nensi Nur Asifah - 131511133055
DEFINISI
• Drowning (tenggelam) adalah masuknya cairan ke dalam saluran napas
yang mengakibatkan gangguan pertukaran udara di alveoli dan dapat
terjadi mati lemas (Arif Mansjoer, 2000).
• Drowning atau tenggelam adalah proses masuknya cairan ke dalam
saluran nafas atau paru-paru yang menyebabkan gangguan pernafasan
sampai kematian. Definisi tenggelam mengacu pada ‘adanya cairan yang
masuk hingga menutupi lubang hidung dan mulut, sehingga tidak
terbatas pada kasus tenggelam di kolam renang, atau perairan seperti
sungai, laut, dan danau saja, tetapi juga pada kondisi terbenamnya tubuh
dalam selokan atau kubangan dimana bagian wajah berada di bawah
permukaan air (Putra, 2014).
ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab tenggelam (Levin dalam Arovah, 2009),
antara lain :
1. Kemampuan fisik yang terganggu akibat pengaruh obat
2. Ketidakmampuan fisik akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang sering muncul ialah tanda dan gejala sistem
kardiorespiratori dan neurologi. Distres respiratori awalnya tidak terlihat, hanya
terlihat adanya perpanjangan nilai RR tanpa hipoksemia. Pasien yang lebih
parah biasanya menunjukkan tanda hipoksemia, retraksi dinding dada, dan
suara paru abnormal. Manifestasi neurologi yang muncul seperti penurunan
kesadaran, pasien mulai meracau, iskemik-hipoksia pada sistem saraf pusat
sehingga menunjukkan tanda peningkatan ICP (Elzouki, 2012).
PATOFISIOLOGI
Ketika jalan napas korban terletak dibawah permukaan cairan, terjadi
laringospasme dipicu oleh adanya cairan di orofaring atau laring

Korban tidak dapat menghirup udara, menyebabkan deplesi oksigen


dan retensi karbon dioksida

Tekanan oksigen dalam darah turun, spasme laring dan korban


akan terengah-engah

Hipoksemia lebih lanjut


PENATALAKSANAAN
Algoritma penatalaksanaan drowning :
1. Bantuan Hidup Dasar
Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan
fokus utama pada perbaikan jalan nafas dan oksigenesasi buatan.
Penilaian pernapasan dilakukan dengan tiga langkah, yaitu look listen and
feel.
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernafas
dengan normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu
pemberian napas buatan dengan rasio 30:2.
Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas
buatan untuk mengurangi hipoksemia.
CONT’…
2. Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen
dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM (Bag
Valve Mask) atau tabung oksigen. Oksigen yang diberikan memiliki saturasi
100%. Jika setelah pemberian oksigen ini keadaan korban belum membaik
maka dapat dilakukan intubasi trakeal.
KOMPLIKASI (FLAGS, 2008., &
SZPILMAN, 2012)
1. Hipoksia atau iskemik injuri cerebral
2. ARDS (acute respiratory distress syndrome)
3. Kerusakan pulomal sekunder akibat respirasi
4. Cardiak arrest
5. Anoksia
6. Shock
7. Myoglubinuria
8. Insufisiensi ginjal
9. Infeksi Sistemik dan intravaskuler koagulasi juga dapat terjadi selama 72
jam pertama setelah resusitasi.
TERIMAKASIH!
SUMBER REFERENSI
• Amir A. ,2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
• Budiyanto.1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKU
• Levin, D. L. et al., 1993. Drowning and Near-Drowning. Pediatric clinics of North
America, Volume 2.
• Putra, A. A. G. A., 2014. Kematian Akibat Tenggelam : Laporan Kasus, Denpasar: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah .
• Rastogi, P. & Rao, J., 2011. Accidental Mechanical Asphyxia At Work Site By Mud. J Punjab
Acad Forensic Med Toxicol, Volume 11, pp. 52-54.
• Raoof, Suhail. 2008. Manual of Critical Care. New York: Brooklyn.
• Yustisiari, S.F., 2008. Pembekapan. Kepaniteraan Klinik LAB/SMF Ilmu Kedokteran Forensik.
Fakultas Kedokteras Universitas Sebelas Maret.

S-ar putea să vă placă și