Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh:
Aditya Prima Wardana
G99181004
Entamoeba
histolytica
AMEBIASIS
Epidemiologi
E.histolytica
Pemeriksaan serologi
AMEBIASIS
Diagnosis
Non-
Farmakoterapi
Farmakoterapi
Diet makanan
lunak, diet tinggi
Cairan dan
protein dan
elektrolit mikronutrien, diet
rendah serat
Monitoring
KU/VS dan
keluhan pasien
AMEBIASIS
Komplikasi
Komplikasi intestinal
• Perdarahan usus
• Perforasi usus
• Intususepsi
• Penyempitan usus
Komplikasi ekstraintestinal
• Amebiasis hati
• Amebiasis pleuropulmonal
• Abses otak, limpa, dan organ lain
• Amebiasis kulit
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESA
Identitas
Nama : Tn.Y
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sragen
Pekerjaan : Petani
Tanggal pemeriksaan : 24 Agustus 2019
No. rekam medik : 01 46 67 xx
ANAMNESA
Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB cair (+) lendir (+) darah
merah gelap (+) sudah sejak 1 hari yang lalu. Diare diawali dengan BAB
cair (+) lendir(+) darah merah gelap (+) sebanyak 3 kali pada pagi hari
kemarin, 4 kali pada siang hari, dan selama malam hari kemarin sebanyak
4 kali. Pagi ini pasien sudah BAB sebanyak 5 kali.
BAB pasien cair, disertai darah dan lendir, serta berbau busuk. BAB tidak
bisa ditahan. Volume tiap kali BAB sekitar 100-150cc, dengan lebih banyak
cairan daripada ampas. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut melilit dan
demam sejak keluhan dirasakan. Pasien juga mengaku sempat lemas
karena pasien mual dan sempat muntah (+) sebanyak 2 kali kemarin,
tetapi sekarang masih mual tetapi tidak muntah. Riwayat sakit maag (+)
ANAMNESA
RPD, RPK & R. Kebiasaan
Riwayat Kebiasaan
Makan sembarangan (+), mengolah makanan sendiri (+), merokok (+)
Pemeriksaan Fisik
Status Interna
Keadaan Umum
Keadaan umum tampak sakit sedang dengan gizi kesan cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS E4 V5 M6
Status gizi : Kesan gizi cukup
Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup
RR : 22 x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler
S : 38,7 oC
BB : 50 kg
TB : 155 cm
BMI : normoweight 20,81
Pemeriksaan Fisik
Bunyi jantung I-II intensitas Status Interna
normal, reguler, bising (-) Kepala : mesocephal, jejas (-)
batas jantung kanan kiri Mata : konjungtiva pucat +/+
Sklera ikterik -/-
kesan tidak melebar
Mulut : bibir kering(+),sianosis (-),
Tenggorokan : tonsil T1-T1
Paru Anterior :
I : Statis : permukaan dada ka=ki; Leher : JVP tidak ↑
Dinamis : Pengembangan dada KGB & tiroid tdk
ka=ki membesar
P: Fremitus raba ka= ki Abdomen
P: sonor / sonor Inspeksi : dinding perut //
A: SDV (+/+), ST (-/-) dinding dada, venektasi (-)
Auskultasi: peristaltik (+)
Paru Posterior:
meningkat
I : Statis : permukaan dada ka=ki;
Perkusi : timpani
Dinamis : Pengembangan dada
Palpasi : turgor perut kembali
ka=ki
agak lambat (+)
P: Fremitus raba ka= ki
P: sonor / sonor
turgor agak lambat (+)
A: SDV (+/+), ST (-/-)
Diagnosis Banding
Disentri basiller
Demam thypoid
Mekanisme kerja
• Menggantikan volume cairan dalam tubuh
Catatan
• Bila larutan RL tidak tersedia maka dapat digunakan larutan NaCL
0,9%, akan tetapi kehilangan bikarbonat dan kalium tidak terganti.
Larutan dekstrosa sebaiknya tidak digunakan karena tidak
mengandung elektrolit, sehingga tidak dapat mengganti kehilangan
elektrolit dan mengkoreksi asidosis. Selain itu, larutan dekstrosa
juga kurang efektif untuk mengatasi hypovolemia. Maksimal
40mL/kgBB/hari.
METRONIDAZOLE
Indikasi
• Obat ini merupakan suatu komponen sintetis 5-nitromidazol yang
bersifat sebagai amebisid intestinal maupun ekstraintestinal
Mekanisme kerja
• Kerja obat ini direfleksikan pada toksisitas selektif terhadap
mikororganisme anaerob atau mikroaerofilik dan untuk sel anoksia
ataupun hipoksia. Namun, para ahli lain menyatakan bahwa obat
ini bekerja dengan memutuskan rantai heliks DNA sehingga
mengganggu fungsi DNA mikroorganisme
Cara Pemakaian
• Amebiasis : Dewasa 3x 750 mg/hari selama 5-10 hari
Efek Samping
• Efek samping yang paling sering terjadi adalah gejala mual dan
diare, nyeri epigastrik, muntah, dan kadang-kadang urin berwarna
gelap. Obat ini menekan aktivitas sumsum tulang. Gejala berat
dapat berupa ataksia dan kejang epileptik
BUSCOPAN
Indikasi
• Gangguan spastik pada saluran cerna, kandung empedu, saluran
kemih dan saluran kelamin wanita.
Interaksi obat
• Antagonis dopamin dapat mengurangi efek obat. Efek antikolinergik
intensif dari antidepresan trisiklik, antihistamin, kuinidin,
amantadin dan disopiramid. Meningkatkan efek takikardi dari Beta-
adrenergik.
Cara Pemakaian
• Tablet salut gula 10 mg , 4 kali sehari 1-2 tablet
Efek Samping
• Xerostomia, dishidrosis, retensi urin reaksi alergi, reaksi pada kulit,
dispneu (pada pasien dengan riwayat asma bronkial atau alergi).
Injeksi : gangguan akomodasi penglihatan, nyeri pada tempat
suntikan setelah pemberian IM, reaksi anafilaksis dan syok.
RANITIDIN
Indikasi
Dosis
• Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali
sehari atau 300 mg pada malam hari. Injeksi intramuskuler: 50 mg
setiap 6-8 jam. Injeksi intravena lambat: 50 mg diencerkan sampai
20 mL dan diberikan selama tidak kurang dari 2 menit; dapat
diulang setiap 6-8 jam.
PARACETAMOL
Indikasi
• Sebagai antipiretik dan analgetik pada reaksi inflamasi
Mekanisme kerja
• bertindak sebagai inhibitor selektif COX-1 dan COX-2 pada sistem
saraf pusat.
• bekerja pada hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi dan
pengeluaran keringat.
Cara Pemakaian
• Dosis paracetamol untuk orang dewasa yaitu 500 mg – 1g, boleh
diulang setiap 6 jam per hari atau diberikan 4 dosis per hari.
Sedangkan pada anak 10-15 mg/kgBB per tiap kali pemberian dan
dapat diberikan sampai 4 kali sehari
Efek Samping
• mual, muntah, nyeri perut. Pemberian dalam jangka panjang dapat
menyebabkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, dan
reaksi hipersensitivitas yang berupa urtikaria, hipotensi
TERIMA KASIH