Sunteți pe pagina 1din 32

DISENTRI AMOEBA (AMEBIASIS)

Oleh:
Aditya Prima Wardana
G99181004

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi tropis merupakan salah satu masalah
kesehatan yang penting di negara tropis maupun
subtropis, terutama negara-negara dengan higiene dan
sanitasi yang kurang baik. Penyakit infeksi tropis adalah
penyakit menular yang mempunyai angka prevalensi dan
mortalitas yang tinggi, serta menjadi beban kesehatan
yang tidak kunjung selesai

Salah satu penyakit infeksi yang menyerang sebagian besar


penduduk Indonesia adalah diare. Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi
TINJAUAN PUSTAKA
AMEBIASIS
Definisi
kerusakan
jaringan yang
luas di lapisan
PENYAKIT
submukosa dan
INFEKSI
terjadinya
infeksi
sekunder

Entamoeba
histolytica
AMEBIASIS
Epidemiologi

Amebiasis usus yang simptomatik


50 juta kasus Amebiasis terjadi pada seluruh kelompok
terjadi setiap tahunnya, umur. Sedangkan untuk abses hati
dengan 100.000 orang sendiri 10 kali lebih sering terjadi
meninggal pada dewasa dibandingkan dengan
anak-anak

Kolitis amebik menyerang secara


Indonesia: insidensi Amebiasis bisa
sama, baik laki-laki maupun
dikatakan cukup tinggi dengan
perempuan. Namun, Amebiasis
angka 10-18%. Mortatlitas
invasif lebih sering terjadi pada laki-
Amebiasis juga cukup tinggi di
laki dewasa dibandingkan wanita
Indonesia yaitu 1,9 – 9,1%,
(7-12 kali), pada kisaran umur 18-
peringkat kedua setelah malaria
50 tahun.
AMEBIASIS
Etiologi

E.histolytica

Mikroorganisme komensal di usus besar

Protozoa ini bisa berubah menjadi patogen dengan


membentuk koloni di dinding usus dan menembus
dinding usus sehingga terbentuk ulserasi
AMEBIASIS
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan darah Pemeriksaan USG, CT-


scan, dan MRI berguna
Pemeriksaan tinja untuk mendeteksi
adanya kista hipoekoik
Kultur yang bundar atau oval
pada abses hati
Pemeriksaan histopatologi

Pemeriksaan serologi
AMEBIASIS
Diagnosis

Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila sudah


ditemukan amoeba (tropozoit) dalam pemeriksaan
tinja. Namun dengan diketemukannya amoeba, tidak
berarti menyingkirkan kemungkinan diagnosis
penyakit lain, karena amebiasis dapat disertai
dengan penyakit lain.
AMEBIASIS
Penatalaksanaan

Non-
Farmakoterapi
Farmakoterapi

Amebisid Tirah baring

Diet makanan
lunak, diet tinggi
Cairan dan
protein dan
elektrolit mikronutrien, diet
rendah serat

Monitoring
KU/VS dan
keluhan pasien
AMEBIASIS
Komplikasi

Komplikasi intestinal
• Perdarahan usus
• Perforasi usus
• Intususepsi
• Penyempitan usus
Komplikasi ekstraintestinal
• Amebiasis hati
• Amebiasis pleuropulmonal
• Abses otak, limpa, dan organ lain
• Amebiasis kulit
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESA
Identitas

Nama : Tn.Y
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sragen
Pekerjaan : Petani
Tanggal pemeriksaan : 24 Agustus 2019
No. rekam medik : 01 46 67 xx
ANAMNESA
Keluhan Utama

BAB cair, lendir, dan darah


ANAMNESA
RPS

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB cair (+) lendir (+) darah
merah gelap (+) sudah sejak 1 hari yang lalu. Diare diawali dengan BAB
cair (+) lendir(+) darah merah gelap (+) sebanyak 3 kali pada pagi hari
kemarin, 4 kali pada siang hari, dan selama malam hari kemarin sebanyak
4 kali. Pagi ini pasien sudah BAB sebanyak 5 kali.
BAB pasien cair, disertai darah dan lendir, serta berbau busuk. BAB tidak
bisa ditahan. Volume tiap kali BAB sekitar 100-150cc, dengan lebih banyak
cairan daripada ampas. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut melilit dan
demam sejak keluhan dirasakan. Pasien juga mengaku sempat lemas
karena pasien mual dan sempat muntah (+) sebanyak 2 kali kemarin,
tetapi sekarang masih mual tetapi tidak muntah. Riwayat sakit maag (+)
ANAMNESA
RPD, RPK & R. Kebiasaan

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Penyakit Serupa Riwayat Penyakit Serupa
• Disangkal • disangkal
Riwayat Alergi Obat & Makanan Riwayat Alergi Obat & Makanan
• Disangkal • Disangkal
Riwayat Atopi Riwayat Atopi
• Disangkal • Disangkal

Riwayat Kebiasaan
Makan sembarangan (+), mengolah makanan sendiri (+), merokok (+)
Pemeriksaan Fisik
Status Interna

Keadaan Umum
Keadaan umum tampak sakit sedang dengan gizi kesan cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS E4 V5 M6
Status gizi : Kesan gizi cukup

Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup
RR : 22 x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler
S : 38,7 oC
BB : 50 kg
TB : 155 cm
BMI : normoweight 20,81
Pemeriksaan Fisik
Bunyi jantung I-II intensitas Status Interna
normal, reguler, bising (-) Kepala : mesocephal, jejas (-)
batas jantung kanan kiri Mata : konjungtiva pucat +/+
Sklera ikterik -/-
kesan tidak melebar
Mulut : bibir kering(+),sianosis (-),
Tenggorokan : tonsil T1-T1
Paru Anterior :
I : Statis : permukaan dada ka=ki; Leher : JVP tidak ↑
Dinamis : Pengembangan dada KGB & tiroid tdk
ka=ki membesar
P: Fremitus raba ka= ki Abdomen
P: sonor / sonor Inspeksi : dinding perut //
A: SDV (+/+), ST (-/-) dinding dada, venektasi (-)
Auskultasi: peristaltik (+)
Paru Posterior:
meningkat
I : Statis : permukaan dada ka=ki;
Perkusi : timpani
Dinamis : Pengembangan dada
Palpasi : turgor perut kembali
ka=ki
agak lambat (+)
P: Fremitus raba ka= ki
P: sonor / sonor
turgor agak lambat (+)
A: SDV (+/+), ST (-/-)
Diagnosis Banding

Disentri amoeba (amebiasis)

Disentri basiller

Demam thypoid

Irritable Bowel Syndrome


Diagnosis Kerja

Disentri amoeba (amebiasis)


Tata Laksana
Plan

Diagnostik: Cek lab lengkap,


pemeriksaan feses rutin dan
mikroskopis
Terapi : Rawat inap, perbaikan KU
Tata Laksana
Non & Medika mentosa

Non- Tirah baring


Medikamentosa
Diet makanan lunak, porsi kecil tapi
sering (hingga frekuensi BAB < 5
kali/hari), diet tinggi protein dan
mikronutrien (kebutuhan kalori
menyesuaikan), diet rendah serat
(terutama hindari jus buah hiperosmolar)
Monitoring keadaan umum dan tanda-
tanda vital pasien
Tata Laksana
Medika Mentosa

Medikamentosa Infus Ringer Laktat

Ranitidin injeksi 50 mg tiap 12 jam

Metronidazole oral 750 mg tiap 8 jam selama 10


hari
Buscopan oral 10 mg kalau perlu

Paracetamol oral 500 mg tiap 8 jam selama demam


Resep
Prognosis
Prognosis ditentukan oleh berat ringannya penyakit,
diagnosis dan pengobatan dini yang tepat, serta
kepekaan amoeba terhadap pengobatan yang
diberikan
Bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila
mendapatkan pengobatan dini.
Bentuk sedang, biasanya angka kematian rendah.
Bentuk dysentriae biasanya berat dan masa
penyembuhan lama, meskipun dalam bentuk yg
ringan.
PEMBAHASAN OBAT
RINGER LAKTAT
Indikasi
• RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan
pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan
sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik,
diare, trauma, dan luka bakar.

Mekanisme kerja
• Menggantikan volume cairan dalam tubuh

Catatan
• Bila larutan RL tidak tersedia maka dapat digunakan larutan NaCL
0,9%, akan tetapi kehilangan bikarbonat dan kalium tidak terganti.
Larutan dekstrosa sebaiknya tidak digunakan karena tidak
mengandung elektrolit, sehingga tidak dapat mengganti kehilangan
elektrolit dan mengkoreksi asidosis. Selain itu, larutan dekstrosa
juga kurang efektif untuk mengatasi hypovolemia. Maksimal
40mL/kgBB/hari.
METRONIDAZOLE
Indikasi
• Obat ini merupakan suatu komponen sintetis 5-nitromidazol yang
bersifat sebagai amebisid intestinal maupun ekstraintestinal

Mekanisme kerja
• Kerja obat ini direfleksikan pada toksisitas selektif terhadap
mikororganisme anaerob atau mikroaerofilik dan untuk sel anoksia
ataupun hipoksia. Namun, para ahli lain menyatakan bahwa obat
ini bekerja dengan memutuskan rantai heliks DNA sehingga
mengganggu fungsi DNA mikroorganisme

Cara Pemakaian
• Amebiasis : Dewasa 3x 750 mg/hari selama 5-10 hari

Efek Samping
• Efek samping yang paling sering terjadi adalah gejala mual dan
diare, nyeri epigastrik, muntah, dan kadang-kadang urin berwarna
gelap. Obat ini menekan aktivitas sumsum tulang. Gejala berat
dapat berupa ataksia dan kejang epileptik
BUSCOPAN
Indikasi
• Gangguan spastik pada saluran cerna, kandung empedu, saluran
kemih dan saluran kelamin wanita.

Interaksi obat
• Antagonis dopamin dapat mengurangi efek obat. Efek antikolinergik
intensif dari antidepresan trisiklik, antihistamin, kuinidin,
amantadin dan disopiramid. Meningkatkan efek takikardi dari Beta-
adrenergik.

Cara Pemakaian
• Tablet salut gula 10 mg , 4 kali sehari 1-2 tablet

Efek Samping
• Xerostomia, dishidrosis, retensi urin reaksi alergi, reaksi pada kulit,
dispneu (pada pasien dengan riwayat asma bronkial atau alergi).
Injeksi : gangguan akomodasi penglihatan, nyeri pada tempat
suntikan setelah pemberian IM, reaksi anafilaksis dan syok.
RANITIDIN

Indikasi

• tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia


episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum
karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.

Dosis

• Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali
sehari atau 300 mg pada malam hari. Injeksi intramuskuler: 50 mg
setiap 6-8 jam. Injeksi intravena lambat: 50 mg diencerkan sampai
20 mL dan diberikan selama tidak kurang dari 2 menit; dapat
diulang setiap 6-8 jam.
PARACETAMOL
Indikasi
• Sebagai antipiretik dan analgetik pada reaksi inflamasi

Mekanisme kerja
• bertindak sebagai inhibitor selektif COX-1 dan COX-2 pada sistem
saraf pusat.
• bekerja pada hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi dan
pengeluaran keringat.

Cara Pemakaian
• Dosis paracetamol untuk orang dewasa yaitu 500 mg – 1g, boleh
diulang setiap 6 jam per hari atau diberikan 4 dosis per hari.
Sedangkan pada anak 10-15 mg/kgBB per tiap kali pemberian dan
dapat diberikan sampai 4 kali sehari
Efek Samping
• mual, muntah, nyeri perut. Pemberian dalam jangka panjang dapat
menyebabkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, dan
reaksi hipersensitivitas yang berupa urtikaria, hipotensi
TERIMA KASIH

S-ar putea să vă placă și