Sunteți pe pagina 1din 71

IMUNISASI

DISUSUN OLEH: LARISSA IRANNY


DR PEMBIMBING: DR JULIANA, SPA
PENCEGAHAN
Terbagi tiga:
Primer (imunisasi)
• Semua upaya untuk menghindar terjadinya sakit atau
kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau
menderita cedera dan cacat
Sekunder
• Suatu upaya pemberian pengobatan sesuai diagnosis yang
tepat agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan
(meninggal, gejala sisa, cacat)
Tersier
• Membatasi berlanjutnya gejala sisa tersebut dengan upaya
pemulihan seorang anak agar dapat hidup mandiri tanpa
bantuan orang lain.
IMUNISASI

suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
IMUNISASI DAN
VAKSINASI
Tujuan utama dari pemberian vaksinasi adalah untuk memberi
kekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit
Imunisasi pasif
• adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif
Vaksinasi
• adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem
imun dalam tubuh
Keuntungan vaksinasi:
• Pertahanan tubuh dimiliki seumur hidup
• Cost-effective
• tidak berbahaya
IMUNISASI UPAYA
PENCEGAHAN PRIMER
Posyandu, program KB dan Kartu Menuju Sehat membantu
dalam meningkatkan tingkat kesehatan penduduk Indonesia
• memantau tumbuh kembang anak
• peningkatan penggunaan ASI
• pemberian segera oralit pada setiap kasus diare pada anak
dan pemberian IMUNISASI pada anak balita sesuai Program
Pengembangan Imunisasi
IMUNISASI PROGRAM
• Imunisasi Rutin Terus-
menerus • Imunisasi dasar
• Imunisasi lanjutan
•Imunisasi Tambahan
•Imunisasi Khusus Ulangan imunisasi
a. hepatitis B
b. poliomyelitis
Imunisasi tertentu yang dasar untuk
c. tuberkulosis
diberikan pada kelompok mempertahankan
d. difteri
umur tertentu yang paling tingkat kekebalan
e. pertusis
beresiko terkena penyakit dan untuk
f. tetanus
sesuai dengan kajian memperpanjang
g. pneumonia dan
epidemiologi pada periode masa
meningitis yang
tertentu perlindungan
disebabkan oleh
anak.
Hemophilus
Influenza tipe b
Melindungi seseorang (Hib)
terhadap penyakit tertentu h. campak.
pada situasi tertentu
TUJUAN
Mendapatkan atau meningkatkan imunitas tubuh
Hilang Bertahan
beberapa jangka
minggu/ Imunitas panjang/
bulan menetap

Pasif Aktif

Alami Didapat Alami Didapat

1-2 bulan
Pasca sakit
terakhir Imunisasi /
kehamilan Dari Ibu ATS, ADS Campak, vaksinasi
cacar air
Tujuan Program Imunisasi

Menurunkan kesakitan & kematian


akibat Penyakit-penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Tujuan Akhir Program
Imunisasi

Universal Child immunization (UCI) cakupan imunisasi lengkap (80%)


secara merata di seluruh desa/kelurahan.

Menurunkan kesakitanEradikasi polio & kematian


akibat Penyakit-penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan
Eliminasi Imunisasi
tetanus maternal (PD3I)
dan neonatal

Reduksi campak

Keamaanan penyelenggaraan imunisasi dan keamanan pengelolaan


limbah medis
MANFAAT IMUNISASI
Imunisasi Hepatitis B
• untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan
merusak hati, bila berlangsung sampai dewasa dapat menjadi
kanker hati
Imunisasi Polio
• untuk mencegah serangan virus polio yang dapat menyebabkan
kelumpuhan
Imunisasi BCG
• untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang
otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan
Imunisasi Campak
• untuk mencegah radang paru, diare, dan radang otak karena
virus campak.
MANFAAT IMUNISASI
Imunisasi DPT
• untuk mencegah 3 penyakit, yaitu Difteri, Pertusis dan
Tetanus.
• Penyakit Difteri
• Dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan
nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan
otot jantung
• Penyakit Pertusis berat
• dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia)
• Kuman Tetanus
• mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh,
sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas
PENYAKIT YG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (PD3I)
Polio Difteri Tetanus

Tuberculosis
Hepatitis B
Pertusis

Campak
DAMPAK IMUNISASI

Penurunan morbiditas dan mortalitas


Pemutusan rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain
atau kepada orang dewasa yang hidup bersamanya (herd
immunity)
Mudah mendeteksi daerah penularan penyakit dan mencari
target vaksinasi, sehingga akan tepat sasaran dan lebih
cepat menurunkan insidens penyakit (source drying)
Menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit
Mencegah kematian dan kecacatan
Meningkatkan kualitas hidup anak
KEGAGALAN
IMUNISASI
Keadaan saat kuman tetap menyebabkan
penyakit sekalipun sudah diimunisasi
terhadap kuman tersebut atau
Tidak timbulnya kekebalan (serokonversi)
segera setelah vaksinasi terhadap penyakit
tersebut
KEAMANAN VAKSIN
Di lain pihak, rasa ketakutan kepada efek samping vaksinasi
menjadi lebih dominan dibandingkan dengan ketakutan
terhadap penyakitnya
Misalnya..
• anak yang terkena campak akan mengalami demam tinggi (90%
kasus) sehingga dapat mengalami kejang, untuk anak yang
memiliki riwayat kejang demam, dapat mengalami pneumonia
(40% kasus) atau ensefalitis (2% kasus) sebagai komplikasi
campak
sedangkan...
• akibat imunisasi tidak seberapa dibandingkan dengan
penyakitnya, demam yang timbul satu minggu setelah imunisasi
(10% kasus) dapat diobati dengan obat penurun panas
Berbagai jenis vaksin yang beredar di masyarakat sejak
sepuluh tahun terakhir merupakan vaksin yang aman dan
ampuh, sesuai standar internasional
Vaksin yang dihasilkan dapat menimbulkan kekebalan yang
lebih baik dan lebih tinggi kadarnya sehingga bertahan dalam
jangka waktu lebih lama daripada vaksin terdahulu
Pada dasarnya vaksin dibagi dua
• Vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine)
• Vaksin mati (killed inactivated vaccine)
VAKSIN HIDUP VAKSIN MATI
dapat berupa mikroorganism
 dapat menghasilkan utuh atau komponennya
kadar antibodi yang komponen yang dipilih
lebih tinggi (antigen) bersifat imunogen

 bertahan lebih lama tidak memberi reaksi simpang


(sistemik) yang berat
 reaksi simpang yang tetapi memberi reaksi
berat, sesuai dengan simpang lokal (tempat
suntikan) biasa disebabkan
infeksi alami oleh zat lain dalam vaksin
seperti:
• adjuvant
• preservations
• buffer
• antibiotik
• zat pelarut
JENIS VAKSIN

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


bersifat labil tidak mengandung mikroba hidup
mudah rusak oleh paparan tidak bereplikasi
suhu panas dan cahaya tidak berpotensi menimbulkan penyakit
harus dibawa dan disimpan memerlukan dosis penguatan (karena
dengan cara aman antibodi yang terbentuk menurun seiring
dengan perjalanan waktu) (sebagian besar
cukup diberikan dalam dosis respon imun yang terbentuk bersifat
humoral dan hanya sedikit merangsang
relatif kecil respon imun selular)
• campak contoh vaksin inaktif sel utuh
• rubela • influenza
• varisela • rabies
• demam kuning • hepatitis A
• polio (suntikan)
• polio (oral) • pertusis
• BCG • kolera
contoh vaksin inaktif fraksional dan subunit
• hepatitis B
• influenza
• pertusis aselular
• toksoid (difteri, tetanus)
JENIS-JENIS VAKSIN

Vaksin Bakteri Vaksin Virus

•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yellow
• Varisela
Fever

• Difteria • Meningo • Influenza


Vaksin • Tetanus • Pneumo • IPV
Inaktif • Pertusis • Hib • Rabies
• Kolera • Typhoid Vi • Hepatitis B
• Hepatitis A
JADWAL IMUNISASI
harus memperhatikan interval pemberian, terutama untuk vaksin hidup
mediator dan sitokin yang diproduksi oleh stimulasi vaksin dapat
mengganggu efektivitas imunisasi sehingga dianjurkan interval 4
minggu untuk mengatasi interferensi mediator dan sitokin tersebut
antibodi maternal juga dapat berinterferensi dengan antigen vaksin
sehingga lebih baik pemberian vaksin ditunda sampai usia tertentu
vaksinasi primer terutama untuk vaksin inaktif memerlukan vaksinasi
ulang untuk mencapai tingkat imunitas protektif
• respons imun awal (priming)
• dosis berikutnya membentuk tingkat antibodi protektif (biasanya pada 4-
6 minggu setelah dosis pertama)
tingkat kekebalan protektif vaksin secara perlahan dapat memudar
sesuai penambahan usia sehingga harus diberi vaksin penguatan
(booster vaccination) untuk menjaga tingkat respons imun protektif
IDAI
HEPATITIS B
Inaktif
Virus
0, 5 mL, IM

1  12 jam setelah lahir


2  1 bulan setelah ke-1
3  2-4 bulan setelah ke-2 Isi:
4  Booster setelah 5 tahun Purified HBsAg Aluminum
Hydroxide Gel Thimerosal

KIPI:
KI:
• Reaksi lokal ringan dan
• Reaksi anafilaktik vaksin
sementara
Hep B sebelumnya
• Demam ringan 1-2 hari
(yeast)
POLIO
(OPV) Hidup
Dilemahkan
2 tetes, PO Virus

1  Lahir / kunjungan pertama (Polio 0)

Calon Jemaah haji dan umroh usia <15 tahun


Isi:
Poliomyelitis tipe 1,2,3
KI: strain sabin
Demam, Muntah, Diare, Radioterapi,
Obat penurun daya tahan tubuh, KIPI:
Diare ringan
Kanker, HIV, Alergi pada vaksin polio
POLIO
(IPV)
Inaktif
Virus

Salk 0,5mL, IM
1  Usia 2 bulan
2  Usia 4 bulan KIPI:
Syok anafilaktik
3  Usia 6 bulan
4  Usia 18-24 bulan
5  Usia 5-6 tahun (Saat masuk sekolah)
OPV VS IPV

OPV IPV
Pemberian mudah dan Disuntikan
murah

Menimbulkan kekebalan Efektif untuk pencegahan


humoral dan lokal pada usus

Tidak tahan lama Vaksin lebih tahan lama


BCG Hidup
Bakteri

Dilemahkan

Bacillus Calmette Guerin


Isi:
Mycobacterium Bovis 0,05 mL, IK-
Pangkal lengan atas
1  0-3 bulan kanan
Uji Mantoux -
KIPI:
KI: Immunocompromised, Jaringan parut
Pengobatan steroid, HIV Limfadenitis
DTP Bakteri
Inaktif
Difteri, Tetanus,
Pertusis
1  Usia 2 bulan (6 minggu)
2  Usia 4 bulan
3  Usia 6 bulan 0,5 mL, IM
4  1 tahun setelah ke-3
5  Booster usia 5 tahun (maksimal 6
tahun
KIPI: Demam ringan dan reaksi lokal
KI:
• Riwayat alergi berat
• Encephalopati
• Demam tinggi
HIB Bakteri
Inaktif

PRP-T, 0,5 mL, IM


KI:
Usia 2, 4, 6 bulan Demam, Infeksi akut,
Diulang usia 15-18 bulan Riwayat alergi
Usia 1-5 tahun  1x
Usia >6 tahun  2x KIPI:
Demam, bengkak
kemerahan, nyeri di
tempat suntik 1-3 hari

•Mencegah infeksi Hemophilus influenzae tipe B


(meningitis, septisemia, selulitis, artritis)
PNEUMOCOCCUS
Inaktif
PCV-13 dan PPV-23,
5mL, IM

PCV23:
• Usia 2, 4, 6 bulan, dan diulang usia 12-15 bulan
• Bayi BBLR, diberikan setelah usia kronologik 6-8
minggu, tanpa memperhatikan umur kehamilan

KIPI:
Eritema, nyeri tempat suntik (<48 jam), Demam,
Gelisah, Pusing
ROTAVIRUS Hidup
Dilemahkan
Virus

Monovalen P(8)G1, oral


1  Usia 6-14 minggu
2  interval min 4 minggu

Pentavalen, oral
1  Usia 6-12 minggu
2 dan 3 interval 4-10 minggu

KIPI:
Diare, Muntah, Demam
INFLUENZA Inaktif

Virus
IM
<3 tahun 0,25 ml
≥3 tahun0,5 ml
Usia <9 tahun  2x, interval min 4 minggu
Usia ≥9 tahun  1x, diulang tiap tahun
Usia ≥ 65 tahun

KIPI:
Bengkak, Nyeri dan kemerahan di
tempat suntikan, Demam, dan Pegal
KI:
Riwayat anafilaksis, respon alergi, demam akut berat
CAMPAK Hidup
Virus
Dilemahkan
0,5 mL, SK
1  9 bulan
2  24 bulan
3  6 tahun

KI:
Demam tinggi, Pengobatan imunosupresif, Hamil,
Riwayat alergi

KIPI:
Demam (>39,5°C), Kejang demam, Ruam
MMR Virus
Hidup
Dilemahkan
0,5 mL, SK (lengan kiri
atas)
Usia 12-18 bulan (min interval 6 bulan dengan
imunisasi campak)

Diulang pada usia 5 tahun


KI:
Alergi gelatin atau Neomycin, Pengobatan
imunosupresif, Alergi berat, Demam akut, sudah
mendapat vaksin hidupdalam 4 minggu terakhir.
KIPI:
Malaise, Demam, Ruam (1 minggu setelah imunisasi)
THYPOID
Bakteri
Inaktif

Capsular Vi Polysacharide 0,5 mL, IM

Usia >2 tahun, diulang setiap 2-3 tahun

KI: KIPI:
Demam, Riwayat alergi, Demam, Pusing, Sakit
Penyakit akut, penyakit kepala, Nyeri sendi dan otot
kronik progresif. tempat suntikan
VARISELA
Virus
Hidup
Dilemahkan
0,5 mL, SK
≥ 1 tahun  1x
≥ 13 tahun 2x, interval 1-2 bulan
KIPI:
Bengkak dan kemerahan, Demam, papula-vesikel
dan lenting ringan

KI:
Demam tinggi, defisiensi imun seluler, Alergi
neomisin, pasien ang mendapat pengobatan dosis
tinggi koertikosteroid.
HPV (HUMAN PAPILOMA VIRUS)

Usia 10-13 tahun (interval


6-12 bulan)
Bivalen: 0,1, dan 6 bulan
Tetravalen: 0,2,6 bulan
0.5 mL, IM deltoid
KIPI:
Nyeri pada lokasi penyuntikan, Sakit kepala, Mual,
dan Demam
DENGUE

Usia 9-16 tahun (interval 0,6 dan


12 bulan)
Dipilih 9 tahun karena mencegah
terjadinya perdarahan
0.5 mL, IM deltoid
KEJADIAN IKUTAN
PASCA IMUNISASI
(KIPI)

Klasifikasi
KIPI

Induksi Provokasi
Kesalahan Koinsidensi
vaksin vaksin

Contoh: Contoh: Contoh: Contoh:


Seorang anak Kejang demam pasca Indurasi pada bekas Bayi yang menderita
menderita imunisasi yang terjadi suntikan disebabkan penyakit jantung
poliomielitis setelah pada anak yang vaksin yang seharusnya bawaan mendadak
mendapat vaksin mempunyai diberikan secara i.m sianosis setelah
polio oral predisposisi kejang diberikan secara s.k diimunisasi
Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI Saat timbul KIPI

Toxoid (DPT, DT, TT) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Neuritis brakial 2-28 hari
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Pertusis whole-cell (DPT, DTP-HB) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Ensefalopati 72 jam
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Campak, gondongan, rubella a. Syok anafilaksis 4 jam


(MMR atau salah satu komponen) b. Ensefalopati 5-15 hari
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Rubella a. Artritis 7-42 hari


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Campak a. Trombositopenia 7-30 hari


b. Klinis campak pada resipien imunokompromais 6 bulan
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Polio hidup (OPV) a. Polio paralisis 30 hari


b. Polio paralisis pada resipien imunokompromais 6 bulan
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Vaksin berisi polio yang diinaktifasi (IPV) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Hepatitis B a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat

Hib (unconjugated, PRP) a. Klinis infeksi Hib 7 hari


b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Penyimpanan vaksin
• Di Tingkat Propinsi : kamar dingin dan kamar
beku
– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8 Cº
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25 Cº
• Di Kabupaten dan Pelayanan Primer
– Jarak lemari es dengan dinding belakang 15 cm
– Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
– Sirkulasi ruangan cukup
• Penyusunan vaksin
– Jarak menyusun dos vaksin 1-2 cm atau
– satu jari antar dos vaksin
Masa simpan vaksin belum dipakai
Vademicum Bio Farma Jan.2002

Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin

BCG +2 s/d +8°C 1 tahun


-15°s/d -25°C 1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C 6 bulan
-15° s/d -25°C 2 tahun
Campak +2° s/d +8°C 2 tahun
-15° s/d -25°C 2 tahun
PENYEDIAAN VAKSIN DAN
ALAT-ALAT
Vaksin + pelarut khusus
termos, ice-packed, es batu
peralatan vaksinasi (alat cuci tangan,
pemotong ampul, alat suntik sekali
pakai, kapas alkohol, plester, kotak
limbah)
Alat penanganan kedaruratan
(adrenalin, kortikosteroid, selang dan
cairan infus, oksigen),
Pencatatan : Buku KIA, KMS, blangko
vaksinasi
ANAMNESIS
• Cek identitas, vaksinasi yang telah
didapat
• Umur, jarak dgn vaksinasi sebelumnya
• Informed consent : manfaat dan KIPI
• Indikasi kontra, perhatian khusus, penyakit,
obat
• KIPI vaksinasi sebelumnya
• Penanggulangan KIPI seandainya terjadi
• Rutin pediatrik
• Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
• Pertumbuhan dan perkembangan
• Jadwal vaksinasi berikutnya
KONTRA-INDIKASI VAKSIN
Umum (untuk semua vaksin)
• Reaksi anafilaksis
• Sakit sedang atau berat
Khusus
• DTP / DTPa:
• ensefalopati dalam 7 hari pasca vaksinasi
DPT/DTPa
• OPV dan varisela:
• anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin,
kehamilan, imunodefisiensi (keganasan,tumor
padat, kongenital, terapi imunosupresan, infeksi
HIV)
• Hepatitis B:
• anafilaksis terhadap ragi
PERSIAPAN PEMBERIAN
VAKSIN
Cuci tangan dengan antiseptik
Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa,
Teliti kondisi vaksin apakah masih layak :
warna indikator VVM,
Kocok : penggumpalan, perubahan warna
Alat suntik : sekali pakai
Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
Pasang dropper polio dengan benar
Uji Kocok (Shake Test)

Setelah dikocok

Setelah 15 menit

Setelah 30 menit

Setelah 60 menit
VAKSIN VIAL MONITOR
Pemantau vaksin berupa label bergambar yang dilekatkan
pada botol vaksin untuk mencatat paparan panas kumulatif
yang berlebihan.
Pengaruh gabungan dari waktu dan suhu menyebabkan
monitor berubah warna secara berangsur-angsur dan tidak
akan berubah lagi pada suhu tinggi.

A  vaksin ini dapat digunakan

B  vaksin ini harus segera digunakan

C vaksin ini jangan digunakan lagi

D  vaksin ini jangan digunakan lagi

 Batch Number  Dicatat dibuku imunisasi anak


MASA PEMAKAIAN
VAKSIN

IPV
UKURAN JARUM
Intramuskular di paha mid-anterolateral
Neonatus
• kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
• cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
1 – 24 bulan : 7/8 – 1 inch
(22,2-25,4 mm)

Intramuskular di deltoid
> 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75
mm)
Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch
(38,1mm)
MENGATASI KETAKUTAN DAN NYERI
Jangan menakut-nakuti anak
Empati, jangan dipaksa dengan dipegang kuat
Diajak bicara, dielus-elus, ditenangkan
Bayi baru lahir : diberi sukrosa dilidahnya
Tekan 10 detik sebelum disuntik
Spray pendingin (etil klorid) =EMLA
Tempel es batu 1 – 2 detik tidak direkomendasikan
Krim EMLA (Eutetic Mixture of Local Anesthesia) 1
jam sebelum penyuntikan, efek sampai 24 jam
Lidocaine topikal : 10 menit sebelum disuntik
Anak : bernafas dalam, tiup baling-baling, ajak
bicara, bacakan cerita, musik
Dipijat atau digoyang-goyang sesudah vaksinasi
PENYUNTIKAN DAN
PENETESAN VAKSIN
Bicara pada bayi dan anak
Tentukan lokasi penyuntikan : paha, lengan
Posisi bayi / anak : nyaman dan aman
Desinfeksi
Pegang; peregangan kulit, cubitan
Penyuntikan: dosis, sudut, cara
Tetesan: dosis, hati-hati dimuntahkan
Penekanan bekas suntikan
Membuang alat suntik bekas
Penulisan tanggal vaksinasi di kolom yang
sudah disediakan
TEKNIK DAN POSISI
PENYUNTIKAN
Bayi digendong pengasuh,
Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest to
chest)
Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan
geser kulit dan subkutis ke samping, setelah
disuntik kemudian lepaskan
Jarum disuntikan dengan cepat
Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan
bersamaan
Posisi anak ketika divaksinasi

Lengan yg satu Tangan yg lain


dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
POSISI ANAK KETIKA
DI VAKSINASI
Tangan kiri
Dijepit ketiak ibu
Tangan dipegang

suntik
Posisi Anak kurang aman

Tangan bebas
Bisa meraih jarum suntik

suntik

Kaki bebas
Bisa berontak
Posisi bayi dalam
pelukan ibu pada
penyuntikan BCG
PENETESAN VAKSIN
POLIO
TEKNIK PENYUNTIKAN DAN
PENETESAN
Intramuscular
e.g. hepatitis A and B,
Subcutaneous DTP
e.g. measles, mumps,
rubella, varicella

Intradermal
Oral BCG
e.g. polio
SISA VAKSIN
BCG
• setelah dilarutkan harus segera diberikan dalam
3 jam (simpan dalam suhu 2 – 8 ◦ C)
Polio
• Setelah dibuka harus segera diberikan dalam 7
hari (simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
DPT
• Bila ada penggumpalan atau partikel yang
tidak hilang setelah dikocok  jangan dipakai
Campak
• Setelah dilarutkan harus diberikan dlm 8 jam
(simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
PEMANTAUAN SETELAH
VAKSINASI
Perhatikan keadaan umum
Tunggu 30 menit di ruang tunggu
SAFE INJECTION : MENGAPA PERLU ?
Estimasi WHO : 30 % suntikan imunisasi tidak aman
(WHO bull. Oktober, 1999)
Imunisasi rutin (Soewarta,1999: 4 propinsi):
• tidak disterilkan : spuit 38%, jarum 23 %
• alat suntik pakai ulang : tidak ada jarum (18%), tidak ada
spuit (4%)

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (Soewarta,1999)


• 45 % alat suntik tidak disterilkan
• alat suntik pakai ulang : tidak ada sterilisator (39%), tidak
ada jarum (28 %) tidak ada alat suntik (6%)

Suntikan dapat menularkan : hepatitis B, Hepatitis C,


HIV, jamur, parasit, bakteri, menyebabkan abses
Penyebaran melalui suntikan lebih cepat daripada
melalui udara, mulut atau seks
SAFE INJECTION
Aman bagi
 yang disuntik
 penyuntik
 lingkungan
TIDAK AMAN BAGI YANG
DISUNTIK (1)
Vaksin
• Suhu > 8° C, atau VVM telah terpapar
panas
• Botol vaksin bocor, retak, atau terpasang
jarum
• Ada partikel dalam larutan
• Telah dilarutkan lebih dari 6 jam
• Beku : DPT, DT, TT, HepB, Hib (tidak boleh
beku)
• Uji kocok tetap menggumpal (kecuali HepB
atau Hib)
TIDAK AMAN BAGI YANG
DISUNTIK (2)
Alat suntik
• Spuit disposable dipakai ulang
• Hanya mengganti jarum
• Tidak dibersihkan dulu langsung disterilkan
• Hanya dengan desinfektan
• Membakar jarum di api
• Merebus dalam panci terbuka
• Menyentuh ujung jarum
TIDAK AMAN BAGI YANG
DISUNTIK (3)
Cara melarutkan / pengambilan vaksin
• Cairan pelarut untuk vaksin lain atau > 8°C
• 1 spuit diisi beberapa dosis sekaligus
• jarum ditinggalkan menancap di vial
• Mencampur isi 2 vial

Lokasi, posisi , kedalaman penyuntikan

Tidak ada alat / obat gawat - kedaruratan


TIDAK AMAN BAGI
PENYUNTIK
Menekan luka berdarah dengan jari
(semua cairan tubuh dapat menularkan
kuman)
Membawa atau meletakkan alat suntik bekas
sembarangan (tidak langsung membuang ke
kotak limbah)
Menyentuh atau mencabut jarum suntik
Menutup kembali (recapping) jarum suntik
Mengasah jarum bekas
Memilah-milah tumpukan jarum bekas
Tidak ada alat / obat gawat darurat

Tidak aman bagi lingkungan :


Meninggalkan alat suntik bekas sembarangan
Tempat Pembuangan Limbah
PEMUSNAHAN KOTAK + ISI
LIMBAH
Dibakar dalam insinerator khusus (suhu 600 -
1100° C)
• risiko pencemaran kecil
• Rp. 10 – 30 juta, BBM / kayu bakar

Dibakar dalam lubang atau drum

Digiling
• Milling atau shreeding
• Serbuk masih infeksius
• 375-750 alat suntik / jam
• listrik 750 w
KESIMPULAN
Imunisasi adalah penting dalam menurunkan angka kejadian
penyakit-penyakit yang mudah terjadi pada bayi dan anak
seperti polio, hepatitis B, tuberkulosis, campak dan
sebagainya.
Ibu dan anak haruslah sentiasa mengikuti program imunisasi
yang dianjurkan oleh Departmen Kesehatan agar anak
terlindung daripada berbagai penyakit.
Masyarakat juga harus memahami tujuan dan keuntungan
program imunisasi ini untuk kesehatan bersama dan untuk
membentuk lingkungan yang lebih sehat.
perbedaan imunisasi dari DEPKES dan IDAI

DEPKES IDAI
Imunisasi Dasar Imunisasi Dasar dan anjuran
Respon imun anak cukup opitimal Respons imun anak lebih optimal

Meliputi vaksin gratis daripada Meliputi semua vaksin yang


pemerintah direkomendasi sesuai penelitian
Jadwal vaksin dalam tempoh satu Jadwal vaksin sampai usia 18
tahun tahun
SEKIAN TERIMA KASIH

S-ar putea să vă placă și