Sunteți pe pagina 1din 7

‫إَّن اْلَح ْمَد ِهَّلِل‪َ ,‬ن ْح َم ُد ُه‪َ ,‬و َن ْس َت ِع يُنُه‪,‬‬

‫َو َن ْس َتْغ ِفُرُه‪َ ,‬و َن ُعوُذ ِباِهَّلل ِم ْن ُشُروِر َأْنُفِس َن ا‪,‬‬


‫َو َس ِّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا‬
‫َم ْن َي ْه ِدِه ُهَّللا َفَال ُم ِض َّل َلُه‪َ ,‬و َم ْن ُيْض ِلْل‬
‫‪َ,‬فَال َه اِد َي َلُه‬
‫َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه‪،‬‬
‫‪َ.‬ش َه اَد َة َم ْن ُه َو َخ ْيٌر َّم َقاًم ا َو َأْح َس ُن َن ِد ًّي ا‬
‫َو َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد َن ا مَح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫‪.‬اْلُم َّت ِص ُف ِباْلَم َك اِر ِم ِك َب اًر ا َو َص ِبًّي ا‬
‫َالَّلُهَّم َف َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّمٍد َك اَن‬
‫َص اِد َق اْلَو ْع ِد َو َك اَن َر ُسْو ًال َن ِبًّي ا‪َ ،‬و َع َلى‬
‫آِلِه َو َص ْح ِبِه اَّلِذ ْي َن ُيْح ِس ُنْو َن ِإْس َالَم ُهْم َو َلْم‬
‫َي ْف َع ُلْو ا َش ْي ًئ ا َف ِر ًّي ا‬،
‫ َفَي ا َأُّي َه ا اْلَح اِض ُرْو َن َر ِح َم ُك ُم‬، ‫َأَّما َب ْع ُد‬
،‫ ُاْو ِص ْي ِنْي َن ْف ِس ْي َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهللا‬،‫ُهللا‬
‫َفَقْد َف اَز اْلُم َّت ُقْو َن‬.
‫ َق اَل ُهللا َت َع اَلى‬:
‫َأُعوُذ ِباِهَّلل ِم َن الَّش ْي َط اِن الَّر ِج ِمي‬
‫َو َه َذ ا ِك َت اٌب َأْن َز ْلَن اُه ُم َب اَر ٌك َف اَّت ِبُعوُه َو اَّتُقوا‬
‫َلَع َّلُك ْم ُتْر َح ُموَن‬
(QS al-An‘am [6]: 155)
Alhamdulillah, kita dipertemukan oleh Allah di hari yang mulia, di
tempat yang mulia, di bulan mulia, bersama dengan orang-orang yang
insyaallah dimuliakan oleh Allah SWT. Shalawat dan salam semoga
senantiasa dicurahkan kepada baginda Nabi SAW.

Bertakwalah kepada Allah, kapan pun dan di mana pun Anda berada.
Pelihara selalu tindakan, ucapan, dan sikap kita agar senantiasa berada
di jalan Allah, meniti sunnah Rasulullah.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Setiap Ramadhan kaum Muslim biasa menyelenggarakan peringatan
Nuzulul Quran. Berbagai acara dilakukan untuk mengingatkan
kembali kepada pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
manusia akhir zaman.
Peristiwa Nuzulul Quran adalah peristiwa dahsyat. Mengapa?
Perhatikan firman Allah SWT:

‫َلْو َأْن َز ْلَن ا َه َذ ا اْلُقْر آَن َع َلى َج َب ٍل َلَر َأْي َت ُه‬


‫َخ اِش ًع ا ُم َت َص ِّد ًع ا ِم ْن َخ ْش َي ِة ِهَّللا َو ِتْلَك‬
‫اَأْلْم َث اُل َن ْض ِر ُبَه ا ِللَّن اِس َلَع َّلُهْم َي َتَفَّك ُروَن‬
Andai Al-Qur’an ini Kami turunkan di atas gunung, kamu
(Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah
berkeping-keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu kami
buat untuk manusia agar mereka mau berpikir (TQS al-Hasyr [59]:
21).
Imam ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan menyatakan: Allah
Yang Maha Agung berfirman, “Andai Kami menurunkan Al-Qur’an
kepada sebuah gunung, sementara gunung itu berupa sekumpulan
bebatuan, pasti engkau akan melihat, wahai Muhammad, gunung itu
sangat takut.” Allah mengatakan, “Gunung itu tunduk dan terpecah-
belah karena begitu takutnya kepada Allah meskipun gunung itu
(bebatuan) amat keras.” Tidak lain karena gunung tersebut sangat
khawatir tidak sanggup menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan
atas dirinya, yakni mengagungkan Al-Qur’an (Ath-Thabari, Jami’ al-
Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, 23/300).
Adapun Imam al-Baidhawi menafsirkan ayat ini dengan
menyatakan, “Andai Kami (Allah SWT) menciptakan akal dan
perasaan pada gunung, sebagaimana yang telah Kami ciptakan pada
diri manusia, kemudian Kami menurunkan Al-Qur’an di atasnya,
dengan konsekuensi pahala dan siksa, sungguh gunung itu akan
tunduk, patuh dan hancur berkeping-keping karena takut kepada
Allah SWT. Ayat ini merupakan gambaran betapa besarnya
kehebatan dan pengaruh Al-Qur’an.” (Al-Baidhawi, Anwar at-Tanzil
wa Asrar at-Ta’wil, 3/479).

Karena itulah, menurut Abu Hayan al-Andalusi, ayat ini merupakan


celaan kepada manusia yang keras hati dan perasaannya tidak
terpengaruh sedikit pun oleh Al-Qur’an. Padahal jika gunung yang
tegak dan kokoh saja pasti tunduk dan patuh pada Al-Qur’an,
sejatinya manusia lebih layak untuk tunduk dan patuh pada Al-Qur’an
(Abu Hayan al-Andalusi, Bahr al-Muhîth, 8/251).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,


Apa yang dinyatakan oleh Abu Hayan al-Andalusi ini justru banyak
terjadi saat ini. Banyak manusia tidak tunduk dan patuh pada Al-
Qur’an. Banyak manusia yang bahkan tidak bergetar saat Al-Qur’an
dibacakan. Boleh jadi hal itu karena banyak hati manusia yang sudah
mengeras. Bahkan lebih keras dari batu.
Tak sedikit pun terpengaruh oleh bacaan Al-Qur’an. Apalagi tergerak
untuk mengamalkan isinya dan menerapkan hukum-hukumya.
Padahal setiap tahun Nuzulul Quran diperingati. Bahkan setiap hari
mungkin Al-Qur’an sering dibaca atau diperdengarkan.
Jika demikian keadaannya, Allah SWT sungguh telah mengingatkan
kita:

‫َأَفاَل َي َت َد َّبُروَن اْلُقْر آَن َأْم َع َلى ُقُلوٍب َأْق َفاُلَه ا‬


Tidakkah mereka memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka
telah terkunci? (TQS Muhammad [47]: 24).
Artinya, menurut Imam as-Samaqandi, “Apakah mereka tidak
mendengarkan Al-Qur’an; tidak mengambil pelajaran dari Al-
Qur’an; dan tidak memikirkan apa yang telah Allah SWT turunkan
dalam Al-Qur’an berupa janji dan ancamannya serta banyaknya
keajaiban di dalamnya sehingga dengan itu mereka paham bahwa Al-
Qur’an benar-benar dari sisi Allah? Ataukah kalbu-kalbu mereka
telah tertutup?” (As-Samarqandi, Bahr al-’Ulum, 4/156).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Al-Qur’an sejatinya Allah SWT turunkan agar menjadi rahmat bagi
manusia (Lihat: QS Fushilat [41]: 2-3). Dan itu hanya bisa terwujud
jika seruan-seruannya dipenuhi oleh manusia. Allah janjikan
keberkahan.

‫َو َه َذ ا ِك َت اٌب َأْن َز ْلَن اُه ُم َب اَر ٌك َف اَّت ِبُعوُه َو اَّتُقوا‬


‫َلَع َّلُك ْم ُتْر َح ُموَن‬
Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati.
Karena itu ikutilah kitab tersebut dan bertakwalah agar kalian diberi
rahmat (TQS al-An‘am [6]: 155).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,


Seruan-seruan Al-Qur’an setidaknya memiliki dua aspek, yakni aspek
ruhiyah (spiritual) dan aspek siyasiyah (politik).
Aspek ruhiyah mencakup pengaturan hubungan manusia dengan
Allah SWT seperti shalat, puasa, haji, dll.
Adapun aspek siyasiyah (politik) mencakup pengaturan hubungan
sesama manusia, khususnya yang menyangkut urusan publik yang
dijalankan oleh negara dan dikontrol pelaksanaannya oleh umat.
Sebab, politik dalam Islam pada hakikatnya adalah pengaturan urusan
umat, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai dengan petunjuk
dan hukum-hukum Al-Qur’an.
Sayang, aspek siyasiyah Al-Qur’an belum mendapat perhatian
semestinya sebagaimana aspek ruhiyah-nya. Oleh sebab itu, pantas
kerahmatan dan keberkahan Al-Qur’an masih jauh dari kehidupan
manusia saat ini.
Ayat Al-Qur’an yang sifatnya politis, seperti ayat-ayat tentang
kewajiban menerapkan hukum Islam dalam aspek publik, tak
diterapkan. Demikian pula ayat-ayat tentang dakwah dan jihad, amar
makruf nahi mungkar, hingga ayat-ayat tentang kewajiban
menegakkan sistem ekonomi Islam seolah-olah hilang.
Padahal, Al-Qur’an itu jelas-jelas mengatur seluruh aspek kehidupan.
Inilah kitab paripurna bagi manusia untuk mengarungi dunia. Yang
berasal dari Yang Maha Benar dan Adil, Allah SWT. Karenanya,
tugas kita semua, membumikan Al-Qur’an sehingga Islam ini bisa
dilaksanakan secara kaffah sebagaimana dicontohkan Nabi dan para
sahabat. Mewujudkan keberkahan hakiki di atas ridha ilahi rabbi.

، ‫َب اَر َك هللا ِلي َو َلُك ْم ِفى ْالُقْر آِن ْالَع ِظ ْي ِم‬
‫ْك‬ ‫َو َنَفَع ِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم اِفْي ِه ِم َن اآْل َي اِت َو الِّذ‬
‫ِر‬
‫اْلَح ِك يِم َو َت َقَّب َل ُهللا ِم َّن ا َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َت ُه َو ِإَّن ُه‬
‫ َو َأُقْو ُل َق ْو ِلي َه َذ ا‬،‫ُه َو الَّس ِم ْيُع الَع ِلْي ُم‬
‫َف أْس َتْغ ِفُر َهللا الَع ِظ ْي َم ِإَّن ُه ُه َو الَغ ُفْو ُر‬
‫الَّر ِح ْيم‬

S-ar putea să vă placă și