Sunteți pe pagina 1din 7

Daerah: Papua

UPACARA ADAT: BAKAR BATU

Upacara adat Papua yang pertama adalah upacara bakar batu yang menjadi salah satu bentuk syukur
bagi masyarakat Papua. Upacara ini merupakan tradisi, di mana masyarakat Papua melakukan
sebuah ritual memasak bersama-sama.

Pada perkembangannya, upacara bakar batu ini memiliki nama lain yang berbeda-beda, seperti
Barapen di Jayawijaya, Kit Oba Isago di Wamena, dan Mogo Gapil di Paniai.

Biasanya, upacara bakar batu dilakukan oleh suku pedalaman seperti Nabire, Lembah Baliem,
Pegunungan Tengah, Paniai, Pegunungan Bintang, Yahukimo dan Dekai. Dalam sejarahnya, upacara
bakar batu bagi masyarakat di pegunungan tengah Papua merupakan pesat untuk membakar daging
babi.

UPACARA ADAT: TANAM SASI

Upacara adat tanam sasi adalah upacara adat kematian yang berkembang di daerah Kabupaten Merauke
dan dilaksanakan oleh suku Marind atau suku Marind-Anim. Suku Marind berada di wilayah dataran luas
di Papua Barat.

Kata anim dalam penamaan suku Marind Anim ini memiliki arti laki-laki dan kata anum artinya adalah
perempuan. Jumlah penduduk dari suku ini diperkirakan sebanyak 5000 hingga 7000 jiwa.

Sasi adalah sejenis kayu yang menjadi media utama dalam rangkaian upacara adat kematian satu ini. Kayu
sasi ditanam selama kurang lebih 40 hari setelah kematian seseorang di daerah tersebut. Kayu sasi
kemudian akan dicabut, setelah mencapai hari ke-seribu ditanam.
UPACARA ADAT: WOR

Upacara Wor merupakan tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun oleh Suku Biak, yaitu suku
yang mendiami berbagai daerah di Papua. Upacara Wor dapat dimaknai sebagai upacara adat yang
memiliki hubungan dengan kehidupan religius dari masyarakat Suku Biak, sehingga segala macam aspek
kehidupan sosial masyarakat Suku Biak seringkali diwarnai dengan Wor. Bagi warga Biak, upacara Wor
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga inti dengan melibatkan kerabat suami
dan istri. Tujuannya adalah untuk memohon sekaligus meminta perlindungan untuk anak mereka pada
penguasa alam semesta.

Upacara Wor juga dipercaya oleh warga Biak dapat melindungi seseorang setiap ada peralihan siklus
dalam hidupnya. Biasanya, masyarakat Suku Biak melaksanakan upacara Wor untuk mengiringi
pertumbuhan fisik anak-anak, sejak masih dalam kandungan, sudah lahir hingga usia tua atau bahkan
kematian.

UPACARA ADAT:KIUTURU NANDAUW

Di Papua, ada pula beberapa upacara adat khusus penting yang biasanya
dilakukan oleh para orang tua untuk anak-anaknya. Anak-anak di Papua,
biasanya akan melaksanakan serangkaian upacara adat yang menjadi salah
satu tradisi secara turun temurun.

Salah satunya adalah upacara adat Kiuturu Nandauw atau biasa disebut
dengan upacara adat Kakarukrorbun. Upacara adat satu ini merupakan
upacara potong rambut pertama kali yang dilakukan oleh anak-anak ketika
menginjak usia 5 tahun.
PAKAIN ADAT KOTEKA

Koteka merupakan bagian dari pakaian adat Papua yang berfungsi untuk menutupi kemaluan
penduduk pria asli Papua, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka sehingga nyaris
telanjang. Koteka, secara harfiah memiliki makna sebagai pakaian. Koteka juga disebut
dengan horim atau bobbe.

Koteka terbuat dari bahan kulit labu air yang telah dihilangkan biji dan buahnya. Labu air
yang dipilih harus yang sudah tua karena labu yang tua jika dikeringkan mempunyai tekstur
yang keras dan awet. Labu tua tersebut ditanam di dalam pasir atau tanah kemudian dibakar
agar lebih mudah untuk mengeluarkan biji dan buahnya. Setelah berhasil dikeluarkan biji dan
buahnya, labu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di atas perapian.

Bentuknya panjang seperti selongsong dan ujungnya meruncing seperti kerucut atau lebih
mirip batang buah wortel. Di bagian ujung koteka diberi bulu ayam hutan atau bulu burung.

Koteka dipakaikan ke bagian vital pria. Agar tidak mudah lepas, di kiri dan kanannya
terdapat tali agar koteka dapat melilitkan tali tersebut ke bagian pinggang penggunanya. Bagi
laki-laki yang masih perjaka, koteka dipakai dengan posisi tegak lurus ke atas. Sementara
bagi laki-laki yang memakai koteka dengan posisi ke atas dan miring ke kanan,
melambangkan kejantanan dan memiliki status sosial yang tinggi ataupun kebangsawanan.
RUMAH ADAT HONAI

Rumah Honai diciptakan dari suku Dani. Sebelum menciptakan rumah Honai
mereka banyak tinggal di bawah pohon-pohon besar. Namun dikarenakan kondisi
alam yang tidak menentu, mereka lalu memutuskan untuk membuat rumah.

Suku Dani merupakan suku yang sangat bergantung pada alam. Mereka
menghabiskan seluruh waktunya di alam.

Terciptanya rumah Honai pun juga terinspirasi dari burung. Suku Dani
memperhatikan bagaimana burung-burung bisa membuat sarang ketika bertelur.
Burung akan mengumpulkan ranting-ranting kayu dan rumput-rumput kering untuk
dapat membuat sarang.

Kemudian, para burung tersebut akan membuat sarang yang berbentuk bulat dari
ranting dan rumput kering yang mereka kumpulan.

Dari peristiwa tersebutlah yang menginspirasi suku Dani mengamati jika burung
dapat membuat tempat tinggal untuk melindungi telur-telurnya hingga mereka
menetas. Oleh karena itulah lahirlah Honai.
TARIAN ADAT SAJOJO

Sejarah Tari Sajojo

Walaupun tarian terkenal di seluruh Indonesia, namun asal usul tari belum dapat diketahui
secara pasti. Beberapa sumber mengatakan bahwa tari ini sudah ada sekitar 1990 an.Tari
Sajojo terkenal di luar Papua karena gerakannya yang energik dan ditarikan penuh
keceriaan.Nama tarian diambil dari judul lagu yang mengiringinya, yaitu Lagu Sajojo.Lagu
Sajojo merupakan lagu dari daerah Papua yang menceritakan seorang gadis yang diidolakan
dan dicintai di kampung halamannya. Lagu Sajojo merupakan lagu dari daerah Papua yang
menceritakan seorang gadis yang diidolakan dan dicintai di kampung halamannya.

Lirik lagu tidak menggambarkan Tari Sajojo, namun lagu yang mengiringi ceria sesuai
dengan gerakan tarian tersebut.
SENJATQ ADAT PAPUA PISAU BELATI

Senjata tradisional Papua yang kedua adalah pisau belati atau dikenal juga dengan sebutan keris Papua. Pisau
ini memiliki bentuk yang sangat unik dan memiliki rumbai pada gagang senjatanya. Ini benar-benar
menunjukan budaya Papua yang kuat. Senjata tradisional ini berguna untuk menebas saat berburu binatang di
hutan. Hewan yang mereka temui adalah mamalia besar dan buaya.

Orang Papua memiliki kebiasaan untuk tidak menggunakan senjata api saat berburu. Belati Papua adalah pisau
yang terbuat dari bahan unik yang tidak mudah didapatkan di tempat lain, seperti tulang burung kasuari
hewan endemik Papua. Tulang kasuari digunakan dalam budaya lokal sebagai alat yang berharga dalam
kehidupan.

Sayap yang menempel pada gagang pisau juga merupakan sayap burung kasuari. Masyarakat Papua dikenal
luas karena kearifannya dalam mengenal ekosistem alam. Interaksi bersahabat antara manusia dan alam lah
yang dapat menciptakan kreasi budaya. Proses penciptaan budaya yang berlangsung sangat penting dalam
mengubah sikap manusia, termasuk perubahan budaya.

Melalui senjata tradisional Papua Barat ini, masyarakat Indonesia pada umumnya perlu belajar bagaimana
menciptakan koherensi budaya. Namun, budaya juga mengalami perubahan yang tidak merata dari satu
ekosistem ke ekosistem lainnya. Umumnya, belati terbuat dari bilah logam, dan berbeda dengan kasuari
Papua, kasuari terbuat dari tulang dengan ujung runcing dan gagang berhias sayap kasuari.
LAGU APUSE

Lirik Lagu Apuse


Apuse kokon dao

Yarabe soren doreri

Wuf lenso bani nema baki pase

Apuse kokon dao

Yarabe soren doreri

Wuf lenso bani nema baki pase

Arafabye aswarakwar

Arafabye aswarakwar

S-ar putea să vă placă și