Sunteți pe pagina 1din 105

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DESA DI

KECAMATAN SONDER KABUPATEN SULAWESI UTARA SONDER

JURUSAN ILMU SOSIAL EKONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENUNJANG
PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN
KABUPATEN KONAWE

Oleh
TEMISON WENDA

JURUSAN ILMU SOSIAL EKONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2021
SKRIPSI

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENUNJANG


PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN TONGAUNA
KABUPATEN KONAWE

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016
Tanggal 04 Februar
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur bagi Alah SWT pencipta alam semesta beserta
isinya, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk kepada setiap
makhluk ciptaan-Nya, termasuk penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal
ini dengan judul “ Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan
Desa Di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe”. Salam kepada allah
menciptakan , sang yang menuntun ummatnya dari alam yang gelap gulita menuju
alam yang terang benderang dengan segala ilmu dan ajarannya.

Penulisan proposal ini merupakan tugas akhir untuk mencapai pada jurusan
social Ekonomi, Fakultas pertanian dan Bisnis Universitas sam ratulangi manado
, untuk memberikan pengalaman kepada penulis dalam meneliti dan menyusun
karya ilmiah berupa proposal . Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis
agar lebih baik di masa yang akan datang.

Dalam menyelesaikan roposal ini, penulis diberi bimbingan dan bantuan


dari berbagai pihak baik materil maupun moril. Khususnya untuk kedua orang
tuaku tersayang Bapak tabonak ,mama likira kogoya. yang selalu mendoakan,
memotivasi, mendukung pilihan saya. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya atas doa, motivasi, dan dukungannya serta telah menjadi orang
tua terbaik bagi saya.

Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang mendukung tercapainya karya ilmiah ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, Selaku Rektor Universitas Halu
Oleo Kendari.
2. Bapak Prof. Dr. H.Muh. Syarif, SE., MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
4. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MS, dan Bapak Dr. Ambo Wonua Nusantara, SE.,
M.Si, Selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan saya saran
dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Tim penguji, yang juga telah banyak memberikan
masukan dan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan
saya ilmu pengetahuan dan motivasi selama saya berada di bangku perkuliahan
saya ucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya.
7. Sahabat-sahabat saya, Nia Daniati, Muhamad Rudi Samuji S.E, Nurwanti S.E,
Sariati S.E, Hasriani, Jusna, Trisnawati, Fatmawati Safitri, Sri Agustinaserta
sahabat-sahabat yang tidak sempat penulis sebutkan, saya ucapkan banyak
terima kasih atas motivasi dan dorongan kalian
8. Rekan-Rekan mahasiswa FEB UHO yang selalu memberikan dukungan dan
dorongan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
9. Saudara-Saudara sayaEkko Saputra, Indah Noviana, Nur Fitra, Isnaliatiyang
selalu memberikan doa, dukungan, motivasi serta canda tawa dan keceriaan,
saya ucapkan banyak terima kasih.
10. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat serta
sumbangsih dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.

Manado, juni 2021

TEMISON WENDA

Penulis
viii
ABSTRACT
TEMISON WENDA, Analysis of Public Participation In Supporting
Rural Development In District Tongauna Konawe, guided by Rostin and
Ambo Wonua Nusantara.
This study aims to determine the level of public participation and to
determine the factors that affect the level of community participation in
development in Sub Tongauna Konawe.
In this study using qualitative descriptive and the population in this study
are families (KK) with 60 respondents using data collection techniques of
observation, interviews, questionnaires and documents, The sampling technique
deliberately chosen with consideration of the respondents considered to know how
much the level of community participation, then analyzed descriptively.
Public participation is an important part, therefore the involvement of
community members in development is expected to provide a less significant
effect in the implementation as well as providing opportunities that the broader
authority to the public. Participation in this study is that community participation
in supporting rural development. Rural development is a process of development
activities taking place in the village that covers all aspects of life and livelihoods.
The results showed that community participation in development in Sub
Tongauna still considered good enough.
Keywords: Public Participation, Development

ix
ABSTRAK

Temison Wenda14031104134 Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang


Pembangunan Desa Di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe, dibimbing Oleh

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunandi kecamatan tongauna kabupaten
konawe sulawesi tenggara.
dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah kepala keluarga (kk) dengan sampel 60 responden dengan menggunakan teknik pengumpulan data
secara observasi, wawancara, kuisioner dan dokumen. teknik penarikan sampel secara sengaja dengan
pertimbangan responden yang dipilih dianggap mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat,
selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
partisipasi masyarakat merupakan bagian penting, oleh karena itu keterlibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan diharapkan dapat memberikan efek yg lebih signifikan dalam pelaksanaan serta memberikan
kesempatan kewenangan yg lebih luas kepada masyarakat. dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud
yaitu partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa. pembangunan desa adalah proses
kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
kecamatan tongauna masih dikategorikan cukup baik.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pembangunan

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................. ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA ........................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................... x
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................. xi
HALAMAN DAFTAR TABEL .................................................... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teoritik .................................................................. 9
2.1.1 Konsep Partisipasi Masyarakat ........................................ 9
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
2.1.2.1 Faktor Pendukung ...................................................... 11
2.1.2.2 Faktor Penghambat ..................................................... 14
2.1.3 Konsep Pembangunan ...................................................... 15
2.1.3.1 Konsep Pembangunan Nasional .................................. 19
2.1.3.2 Konsep Pembangunan Daerah ..................................... 21
2.1.3.3 Konsep Pembangunan Desa ......................................... 23
2.2 Kajian Empirik ....................................................................... 26
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 29
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................. 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 29
3.4 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 30
3.5 Definisi Operasional ............................................................. 31
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................ 33

xi
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 35
4.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Tongauna ................ 35
4.1.2 Letak Dan Luas Wilayah Kecamatan Tongauna ........... 36
4.1.3 Pemerintahan ................................................................. 39
4.1.4 Kependudukan .............................................................. 41
4.1.5 Pendidikan ..................................................................... 43
4.1.6 Ketenagakerjaan ............................................................ 46
4.1.7 Agama ........................................................................... 47
4.1.8 Suku ............................................................................... 47
4.2 Karakteristik Responden ..................................................... 48
4.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang
Pembangunan Desa ............................................................. 51
4.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Mayarakat ... 64
4.4.1 Faktor Pendukung ........................................................... 65
4.4.2 Faktor Penghambat ......................................................... 75

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................... 78
5.2 Saran ..................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Luas Wilayah (Ha) dan Persentase Luas wilayah Menurut


Desa/Kelurahan .......................................................................... 37
4.2 Jarak Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi dengan
Desa/Kelurahan Tahun 2014 ..................................................... 38
4.3Pembagian Wilayah Administratif Pemerintahan Menurut
Desa/KelurahanTahun 2014 ...................................................... 40
4.4 Kondisi Demografis Kecamatan Tongauna Tahun 2013-2014 ... 41
4.5 Struktur Umur Penduduk Kecamatan Tongauna Tahun 2014 ..... 42
4.6 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun
2014 ............................................................................................. 43
4.7 Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Tingkat Sekolah
Tahun 2014 ................................................................................ 44
4.8 Jumlah Guru Per Sekolah, Murid Per Sekolah, dan Murid Per
Guru Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014 ............................. 44
4.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan Di
Kecamatan Tongauna Tahun 2014 ............................................ 45
4.10 Sumber Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tongauna
Tahun 2014 ............................................................................... 47
4.2.1 Menurut Usia Responden ........................................................ 48
4.2.2 Menurut Jenis Kelamin Responden ......................................... 49
4.2.3 Menurut Tingkat Pendidikan ................................................... 50
4.2.4 Menurut Jenis Pekerjaan Responden ....................................... 51
4.3.1 Partisipasi Dalam Bentuk Sumbangan Ide/Pikiran .................. 55
4.3.2 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Keuangan ......................... 57
4.3.3 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Material ............................ 59
4.3.4 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Tenaga ............................. 61
4.3.5 Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat ....................................... 62
4.4.1.1 Faktor Pendukung Masyarakat Untuk Berpartisipasi Dalam
Pembangunan ....................................................................... 65
4.4.1.2 Menurut Umur Masyarakat Di Kecamatan Tongauna ......... 67
4.4.1.3 Menurut Jenis Kelamin Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 68
4.4.1.4 Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan
Tongauna .............................................................................. 69
4.4.1.5 Menurut Tingkat Penghasilan Masyarakat Di Kecamatan
Tongauna .............................................................................. 71
4.4.1.6 Berdasarkan Menetapnya Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 72
4.4.1.7 Dukungan Pemerintah Dengan Partisipasi Masyarakat ........ 74
4.4.2.1 Berdasarkan Pola Pikir Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 75
4.4.2.2 Berdasarkan Waktu Luang Masyarakat Di Kecamatan Tongauna 76
4.4.2.3 Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Tongauna 77

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................ 28


Gambar 2 Persentase Luas Wilayah Terhadap Kecamatan Tahun
2014 ................................................................................. 39

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan pencerminan kehendak rakyat, guna pencapaian taraf hidup yang layak.

Dengan demikian, pembangunan daerah merupakan wahana dalam mewujudkan suatu masyarakat

yang adil dan makmur, merata material dan spritual, disamping itu untuk menciptakan pemerataan

pembangunan antar wilayah. Usaha untuk mempercepat terwujudnya kehendak rakyat tersebut,

maka Pemerintah Pusat memberikan hak otonom kepada daerah untuk mengurus rumah

tangganya sendiri yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun

1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Undang-Undang memberikan isyarat bahwa pelaksanaan pembangunan didaerah harus

ditunjukkan pada penyusunan strategi yang relevan dengan potensi yang ada didalamnya, guna

meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan pada masa yang akan datang. Pembangunan

disuatu daerah akan berjalan dengan baik apabila dipadukan antara kebijaksanaan dan strategi

pembangunan dengan kondisi serta aspirasi masyarakat dan wilayah yang bersangkutan. Dalam

era pembangunan sekarang ini, terutama dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22

tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, dimana seluruh wilayah pemerintahan termasuk wilayah

Kecamatan diberikan kewenangan yang semakin

luas dalam mengurus kepentingannya, maka pemerintahan dalam hal ini

1
2

pemerintahan Kecamatan selaku penyelenggara dari penanggung jawab utama, mengatur dan

mengarahkan segala sumber-sumber faktor sosial ekonomi diharapkan dapat melibatkan

masyarakat dalam proses pembangunan.

Terkait dengan masalah pembangunan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Menegaskan bahwa sistem perencanaan

pembangunan nasional merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan dipusat dan daerah dengan melibatkan

masyarakat. Perencanaan pembangunan yang diharapkan merupakan suatu proses untuk

menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan

sumber daya yang tersedia. Selanjutnya pada Pasal 1 ayat 5 dalam Ketentuan Umum disebutkan

bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disebut RPJM, adalah

dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan Kepala Daerah terpilih dan diikuti

penyusunan Rencana Strategis SKPD sebagai dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan SKPD.

Menurut Bratakusumah (1991:65) bahwa paradigma pembangunan sangat dikembangkan sekarang

ini adalah paradigma pemberdayaan yang berintikan partispasi masyarakat. Masyarakat

ditempatkan sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah tidak lagi sebagai Provider,

melainkan lebih bertindak sebagai intermediasi dan katalisator segenap kegiatan

pembangunan,
3

artinya pemerintah seharusnya memberi kesempatan yang lebih banyak kepada masyarakat,

didalam menumbuh-kembangkan segala potensi yang dimilikinya bersama dengan

lingkungannya. Dengan kata lain, bagaimana mengkondisikan agar pembangunan menjadi

bagian integral dari rakyat, sehingga mereka berperan sebagai subyek pembangunan yang

dominan menetukan keberhasilan pembangunan (Kartasasmita, 1991:45).

Pembangunan partisipatif harus dimulai dengan masyarakat sebagai manusia yang memiliki

aspirasi dan paling mengetahui tentang kebutuhannya. Masyarakat adalah pelaku utama

pembangunan dan Pemerintah daerah harus dapat memposisikan diri sebagai fasilitator

untuk menciptakan suasana yang menunjang kegiatan masyarakat yang diharapkan dapat

mendukung program dan tujuan pemerintah yang dilakukan melalui partisipasi masyarakat.

Model pembangunan partisipatif mengutamakan pembangunan yang dilakukan dan dikelola

oleh masyarakat lokal dalam wadah pembangunan yang dimilikinya, dengan menekankan

upaya pengembangan kapasitas masyarakat untuk memberdayakan masyarakat,

Sumodiningrat (1991:34) dalam paradigma pembangunan partisipatif menuntut akan adanya

pelibatan masyarakat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan

program yang berhubungan langsung terhadap kehidupan mereka.Kemudian harapan

Pemerintah daerah dukungan masyarakat dalam arah kebijaksanaan kegiatan Pemerintah dan

pembangunan itu sendiri.Perkembangan masyarakat sebagai hasil dari adanya proses

perubahan sosial yang terjadi sebagai


4

akibat pembangunan yang telah dilaksanakan sebelumnya semakin ditunjang oleh teknologi yang

maju sehingga menuntut adanya keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

yang dilakukan untuk menangani proses pembangunan itu sendiri. Siklus interaksi antara

Pemerintah dan masyarakat pada gilirannya mendorong adanya pemikiran-pemikiran baru dalam

memahami, menelaah dan memecahkan berbagai masalah pembangunan didaerah.

Seperti wilayah lainnya, Kecamatan TongaunaKabupaten Konawe sebagai salah satu wilayah

yang terus tumbuh dan berkembang telah melaksanakan berbagai pembangunan disegala sektor

seperti kesehatan, pendidikan, sarana dan prasarana, sosial politik, serta kebersihan. Namun masih

cukup banyak implementasi pembangunan yang belum dapat mencapai sasaran dan tujuan yang

diharapkan oleh para perencana (Bappeda Kecamatan Tongauna 2008).Dalam realitasnya, tidak

semua anggota masyarakat diKecamatan Tongauna ikut berpartisipasi, dengan berbagai macam

alasan.

Hal ini disadari karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu kurangnya sosialisasi

dan keacuhan antar masyarakat. Disini diperlukan upaya untuk meyakinkan masyarakat tentang

partisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya komunikasi antara Pemerintah daerah dengan

masyarakat ataupun sebaliknya.Dalam pelaksanaan pembangunan desa, partisipasi masyarakat

yang ada di Kecamatan Tongauna tingkat dan bentuk partisipasinya berbeda-beda.

Pemberian partisipasi masyarakat lebih cenderung memberikan bantuan tenaga saja. Namun

dipihak lain, partisipasi masyarakat ini tidak selamanya


5

tinggi, disuatu waktu adakalanya masyarakat sangat kurang berpartisipasi, baik itu dalam bentuk

bantuan tenaga, sumbangan pikiran, waktu dan bantuan material.Lebih lanjut dikatakan bahwa

aspek keterlibatan (partisipasi) masyarakat masih minim sehingga mempengaruhi implementasi

dari pembangunan yang direncanakan.

Gagalnya tujuan dan sasaran pembangunan diakibatkan oleh berbagai macam faktor, baik teknis

maupun non teknis yang penyebabnya juga dapat berasal dari Pemerintah daerah juga sebagai

perencana pembangunan maupun masyarakat sebagai pelaku dan eksekutor pembangunan.

Menurut peraturan tersebut penyusunan perencanaan pembangunan dilaksanakan secara

bertahap yang pada prinsipnya mengacu pada sistem perencanaan dari bawah (Bottom up

Planning). Melalui sistem ini diharapkan terjadi peningkatan mutu perencanaan yang

komprehensif dan terpadu serta dapat menjaring aspirasi masyarakat dan kebutuhan masyarakat

dalam koridor pembangunan nasional.

Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe merupakan salah satu Kecamatan yang ada di

Kabupaten Konawe. Kecamatan ini merupakan salah satu Kecamatan yang menjadi sasaran

pembangunan di Kecamatan Tongauna. Berdasarkan pengamatan awal penulis terlihat bahwa

pelaksanaan pembangunan di Kecamatan TongaunaKabupaten Konawe belum terkoordinasi

secaraoptimal oleh aparat pemerintah penyelenggara pembangunan, sehingga penyelenggara

pembangunan di Kecamatan Tongauna belum didukung oleh pertumbuhan sarana dan prasarana

yang sesuai dengan harapan masyarakat.


6

Pelaksanaan pembangunan belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini terlihat masih

banyaknya fasilitas-fasilitas pelayanan umum yang belum diperbaiki seperti jalanraya dan

jembatan, sarana dan prasaranateknis lainnya seperti perbaikan kantor camat, perbaikan kantor

PKK yang terlihat belum memadai.Kondisi pembangunan di Kecamatan Tongauna seperti yang

diuraikan diatas, tentunya akan berdampak negatif pada pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Rendahnya tingkat pertumbuhan pembangunan yang terdapat di Kecamatan tersebut disebabkan

karena kurangnya sosialisasi dan koordinasi antara Pemerintah dan masyarakat dalam

pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Tongauna, dengan kurangnya sosialisasi dan

koordinasi tersebut mengakibatkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan di masing-masing desa.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan Desa Di Kecamatan Tongauna.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya antara lain:

1) Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di

Kecamatan Tongauna?

2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan di Kecamatan Tongauna?


7

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang hendak penulis akan teliti seperti

yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

yaitu:

1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di

Kecamatan Tongauna.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan diKecamatan Tongauna.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapakan memberi

manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan

studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah

dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya menyangkut masalah perencanaan pembangunan.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini yaitu dapat

menjadi suatu bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan usaha

dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di berbagai bidang, khususnya

pada pembangunan diKecamatan Tongauna.


8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti, maka perlu untuk menetapkan ruang

lingkup penelitian. Adapun ruang lingkupnya yaitu partisipasi masyarakat dalam

menunjang pembangunandesa di Kecamatan Tongauna yang ditujukan pada

keterlibatan masyarakat.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dapat diartikan sebagai suatu proses keikutsertaan, keterlibatan,

dan kebersamaan warga baik sebagai individu ataupun kelompok sosial atau

organisasi kemasyarakatan yang didasari oleh kesadaran warga, baik secara

langsung maupun tidak langsung tanpa paksaan dari pihak-pihak tertentu. Untuk

lebih jelasnya, definisi partisipasi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu

sebagai penciptaan peluang bagi semua anggota masyarakat untuk memberikan

sumbangan bagi pembangunan, mempengaruhi proses pembangunan itu dan turut

menikmati hasilnya (Anonim, 1999). Sementara menurut Badudu dalam kamus

besar bahasa Indonesia (1991), secara etimologi, partisipasi merupakan kata

saduran dari bahasa Belanda (participatie) dan bahasa Inggris (participation)

yang berarti ikut serta dalam suatu kegiatan pembangunan.

Partisipasi menurut Conyers adalah alat yang berguna untuk memperoleh

akses informasi, sikap, harapan dan kebutuhan masyarakat, pemberian usul serta

representatif kehadiran karena tanpa kehadiran masyarakat, maka pengembangan

pembangunan akan gagal (Conyers, 1991:154-155).Hal senada juga dikemukakan

oleh Tikson (2001:1) bahwa partispasi dalam pembangunan merupakan suatu

proses dimana masyarakatsebagai stakeholder terlibat, mempengaruhi,

mengendalikan pembangunan ditempat mereka masing-masing. Disamping itu

9
10
10

mereka juga turut serta secara aktif dalam memprakarsai perbaikan kehidupan

mereka melalui proses pembuatan keputusan dan sumber daya serta

penggunanannya.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam

proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk

kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, modal dan atau materi,

serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan(I Nyoman

Sumaryadi, 2010: 46).

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001:38) mengklasifikasikan

partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu

dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat

mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan

terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.Menurut

Inu Kencana Syafiie, partisipasi masyarakat adalah penentuan sikap dan keterlibatan

setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya

mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan

organisasi serta mengambil bagian dalam setiap


11
11

pertanggungjawaban bersama (Syafiie, 2001:142). Partisipasi dapat menentukan

sikap dan keterlibatan setiap individu dalam organisasi, sehingga dapat

mendorong masyarakat untuk berperan dan berpartisipasi sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai.Partisipasi akan berjalan apabila adanya kemauan dari

setiap individu dan organisasi untuk ikut berperan serta dalam partisipasi.

Sementara itu menurut Conyers (1994) mengemukakan ada tiga alasan

utama pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat memperoleh informasi mengenai

kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadiran

pembangunan dan proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek pembangunan jika merasa

dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan

lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Merupakan suatu hak demokratis bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan, masyarakat mempunyai hak untuk turut memberikan saran

dalam menentukan jenis pembangunan yang dilaksanakan didaerah mereka.


12
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat 12

2.1.2.1Faktor pendukung

Dalam menumbuhkan semangat untuk melakukan partisipasi atau peran

serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan, dibutuhkan dukungan yang kuat

dari masyarakat dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, keseluruhan unsu
13
tersebut terlibat secara langsung dalam pencapaian tujuan dan keberadaan 13

pembangunan itu sendiri.

Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh

dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1) Faktor Kesadaran/Kemauan
Partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi anggota masyarakat, hal ini

dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

2) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia

menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat

yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka

yang dari kelompok usia lainnya.

3) Jenis kelamin

Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam

pembangunanadalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan

sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan

derajat ini, akan menimbulkan perbedaan perbedaan hak dan kewajiban antara

pria dan wanita.

4) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap


14
14

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan

seluruh masyarakat.

5) Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang

akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan

penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong

seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung

oleh suasana yang mapan perekonomian.

6) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa

memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang

besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

7) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat

Pemerintah selakupengemban amanat rakyat untuk membangun

memanglah harus berperan, terutama pemerintahdaerah dalam hal ini Camat,

mereka diharapkan mampu mendorong masyarakatuntuk berpartisipasi dalam

pembangunan desa, mendatangi masyarakatuntuk menghimbau dan usaha

lainnya.Dukungan dari masyarakat, baik dari tokoh masyarakat maupun warga

secara umum. Partisipasi tokoh masyarakat turut membantu dalam mengawasi dan
15
15

memberikan arahan kepada masyarakat yang kurang memahami tentang

pembangunan desa serta berperan sebagai kontrol sosial di tengah masyarakat.

8) Peralatan/Fasilitas

Dalam pelaksanaan tugas kepala Kecamatan dan perangkatnya,

dibutuhkan kantorKecamatan yang merupakan tempat untuk melaksanakan tugas

pengelolaan, pelaporan, pencatatan dan berbagai kegiatan lainnya.

2.1.2.2Faktor penghambat

Upaya mencapai tujuan dari suatu kelompok atau organisasi baik yang

bersifat normal maupun bersifat informal, maka yang menjadi faktor

pertimbangan pokok adalah tujuan yang ingin dicapai. Apabila tujuan pendirian

organisasi itu belum tercapai atau sangat sulit dicapai itulah yang menjadi

hambatan.

Hambatan atau kendala dalam partisipasi tergantung kepada situasi

setempat,ada kendala penting dalam partisipasi (Bappenas, 2001) yaitu :

a. Pola Pikir Masyarakat

Pola pikir masyarakat yang masih “masa bodoh” yang merasa

pembangunan merupakan tanggung jawab pemerintah merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasimasyarakat dalam pembangunan,

khususnya pembangunan fisik. Pola pikir masyarakat merupakan faktor yang

mempengaruhi suatu pembangunan, pola pikir yang tertutup, pasif merupakan

faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.


16
16

b. Waktu

Masyarakat akan meluangkan waktunya untuk proyek apabila

merekamerasa bahwa proyek berguna.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan

Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat

terlihat nyata di daerah pedesaan, sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di

daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian.Aktivitas

usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha

pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak

langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di

luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas.

Peluang usaha di sektor non pertanian belum mendapat sentuhan yang

memadai dan belum berkembang dengan baik.Kondisi ini mendorong sebagian

penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di luar desanya, sehingga

mendorong mereka untuk berhijrah/migrasi dari daerah pedesaan menuju daerah

lain terutama daerah perkotaan. Daerah perkotaan dianggap memiliki lebih

banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan berusaha.

2.1.3 Konsep Pembangunan

Pembangunan merupakan proses peningkatan dan pertumbuhan seimbang

pada segala aspek kehidupan, baik aspek sosial, ekonomi, politik, budaya,

pemerintahan, pertahanan keamanan maupun aspek ideologi. Pembangunan juga

sebagai satu proses menuju kearah yang lebih baik. Proses tersebut dalam rangka
17
17

pencapaian hakekat tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan masyarakat

adil dan makmur serta sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tjokroamidjojo dan Musropadidjaja (1998:19) memberikan definisi bahwa

pembangunan adalah terjadinya suatu perubahan pada nilai-nilai ekonomi, sosial

budaya, dan politik. Pembangunan adalah orientasi atau kegiatan usaha tanpa

akhir, lebih lanjut dijelaskan bahwa proses pembangunan sebenarnya adalah suatu

proses perubahan sosial budaya. Supaya menjadi suatu proses yang dapat

bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung pada manusia dan struktur

sosialnya.

Siagian (1996:3) mengemukakan bahwa pembangunan adalah suatu usaha

atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana serta dilakukan

secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam

rangka pembangunan bangsa.Sedangkan Mansour (2002:63) menyatakan bahwa

pembangunan dapat diinterprestasikan dalam dua kategori berdasarkan pengertian

yaitu:

1) Pembangunan sebagai fenomena sosial yang mencerminkan kemajuan

peradaban manusia.

2) Pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan sosial yang terencana.

Siagian (1990:56) mengatakan bahwa dibeberapa daerah yang sedang

melaksanakan pembangunan biasanya mempunyai tujuan yang meliputi beberapa

hal yaitu: 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2. Meningkatkan pemerataan


18
18

pendapatan masyarakat, 3. Meningkatkan kesempatan kerja, dan 4. Meningkatkan

pemerataan pembangunan antar daerah.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk terlaksananya pembangunan

diseluruh daerah dengan benar sesuai tujuan yang akan dicapai harus dimulai

dengan perencanaan yaitu:

a. Mengadakan penelitian sumber-sumber yang dibutuhkan dana tersedia bagi

pembangunan, khususnya sumber pembiayaan dan tenaga-tenaga yang penting

untuk sektor-sektor prioritas.

b. Menyusun suatu kebijakan pembangunan yang konsisten guna mendukung

pelaksanaan pembangunan dan tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan.

Menurut Usman (2003:12) bahwa pembangunan daerah seharusnya

diupayakan menjadi prioritas penting dalam pembangunan negara saat ini. Upaya

demikian sekurang-kurangnya perlu memperhatikan tiga hal penting yaitu:

1. Bentuk kontribusi riil dari daerah yang diharapkan oleh pemerintah pusat dalam

proses pembangunan dasar,

2. Aspirasi masyarakat daerah sendiri terutama yang terefleksi pada prioritas

program-program pembangunan daerah,

3. Keterkaitan antar daerah dalam menata perekonomian dan politik.

Terdapat empat aspek penting dalam rangka perencanaan pembangunan

(Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja 1998:23):

1) Terlibat dan ikut sertanya masyarakat sesuai mekanisme proses politikdalam

suatu negara untuk menentukan arah, strategi dan kebijaksaan pembangunan

dilakukan pemerintah.
19
19

2) Meningkatkan kemampuan untuk merumuskan tujuan-tujuan dan terutama

cara-cara dalam merencanakan tujuan dan sebaliknya.

3) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah

strategi dan rencana yang ditentukan dalam proses politik.

4) Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam

pembangunan yang terencana.

Cohen dan Uphoff (1990:104) menguraikan tiga tahapan dalam

pelaksanaan pembangunan, yaitu:

1. Tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada tahapini maksudnya

adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana danstrategi dalam

penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek.Masyarakat

berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melaluipertemuan-

pertemuan yang diadakan.

2. Tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi padatahap ini

maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaansuatu

proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang

ataupunmaterial/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya

pada pekerjaan tersebut.

3. Tahap pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya

adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah

proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa
20
20

tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah

dibangun.

Dampak dari partisipasi masyarakat secara langsung dalam proses

pembangunan menurut Abe (2001:117) adalah sebagai berikut:

1) Masyarakat akan terhindar dari peluang manipulasi keterlibatan masyarakat

secara langsung akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki

masyarakat.

2) Memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan program

masyarakat.

3) Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.

2.1.3.1 Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia

dan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan

IPTEK serta perhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya

mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk

mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

maju, serta kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan Pembangunan Nasional

itu sendiri adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa

Indonesia. Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan sekarang ini

diarahkan kepada terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur, baik

material maupun
20
20

spritual. Dalam Garis-Garis Haluan Negara (GBHN) dinyatakan bahwa

pembangunan Nasional itu adalah:

“Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang merata material dan spritual berdasarkan Pancasila didalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,

bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang

aman, tentram, tertib dan dinamis. Serta dalam lingkungan pergaulan dunia

yang merdeka bersahabat, tertib dan damai ’’.

Masyarakat yang adil dan makmur masih jauh dari jangkauan pembangunan

Nasional. Oleh karena itu, masih diperlukan usaha-usaha disegala bidang

yang bertujuan untuk meningkatkan dan menyukseskan kegiatan

pembangunan selanjutnya.Uraian ini tidak bermaksud untuk menyatakan

kapan masyarakat adil dan makmur itu dapat diwujudkan, karena pada

dasarnya tidak seorang pun yang dapat memastikan hal itu itu akan terjadi

tetapi yang penting bahwa kegiatan pembangunan itu harus dilaksanakan

secara berencana, sadar, terus menerus menuju sasaran akhir.

Peran aktif Pemerintah dalam mendorong dan melaksanakan pembangunan

Nasional dilakukan melalui perumusan, penetapan, pelaksanaan dan pengawasan

kebijaksanaan pembangunan adalah arah kegiatan yang ditetapkan dalam rangka

memecahkan suatu permasalahan Nasional.Dengan perencanaan pembangunan

yang dimaksud agar pembangunan dapat terlaksana secara berencana yaitu secara

sadar, teratur, sistematis dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan


21
21

pembangunan Nasional yang telah dijabarkan oleh Badan Perencana

Pembangunan Nasional (BAPPENAS), perlu adanya koordinasi dengan badan

pengawasan pembangunan untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilaksanakan

apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.

Pembangunan Nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun

batiniah yang selaras, serasi, dan seimbang. Itulah sebabnya Pembangunan

Nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang

seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin. Pembangunan yang bersifat lahiriah

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup fisik manusia, misalnya

sandang, pangan, gedung perkantoran, pengairan, sarana dan prasarana,

transportasi dan sebagainya.

Sedangkan contoh pembangunan yang bersifat batiniah adalah

pembangunan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan, kesehatan, dan

sebagainya.Usaha dan hasil pembangunan Nasional memang dapat memberikan

dampak positif bagi kehidupan bangsa dan negara. Namun tidak dapat dihindari

kemungkinan timbulnya dampak negatif karena proses pembangunan dan

perubahan.
22
22

2.1.3.2 Pembangunan Daerah

Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari

berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat

lainnya. Pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan

dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya
23
23

sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah

dapat ditangkap secara berkelanjutan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara:

 Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan

daerah.

 Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah

 Menyusun konsep straregi bagi pemecahan masalah (solusi)

 Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tesedia.

Tujuan pembangunan daerah itu sendiri adalah mengurangi disparsi atau

ketimpangan pembangunan antara daerah dan sub daerah serta antara warga

masyarakat (pemerataan dan keadilan), memberdayakan masyarakat dan

mengentaskan kemiskinan, menciptakan atau menambah lapangan kerja,

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah, mempertahankan

atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi

sekarang dan generasi berkelanjutan.Pembangunan daerah pada dasarnya

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional. Sehingga

pembangunan di daerah perlu ditingkatkan agar terus tampak adanya kemampuan

yang nyata bagi penduduknya, dalam rangka partisipasi masyarakat dan

dukungannya terhadap pembangunan daerah pada khususnya, dan pembangunan

nasional pada umumnya.

Dari uraian diatas, jelas bahwa keikutsertaan masyarakat dalam

keberhasilan pembangunan daerah tersebut dapat sukses apabila ditunjang dengan

dana. Disamping itu aparatur Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah


24
24

semaksimal mungkin sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan

pembangunan, khususnya pembangunan dipedesaan.

2.1.3.3 Pembangunan Desa

I Nyoman Beratha menjelaskan bahwa pembangunan desa adalah

kebijakan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

penduduk didaerah pedesaan (Beratha, 1981:16). Pembangunan pedesaan ini

dimaksudkan untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi masyarakat didaerah

pedesaan untuk berkembang atas atas kekuatan dan kemampuan sendiri.

Sedangkan pemerintah hanyalah bersifat memberi bantuan, pengarahan,

bimbingan, dan pengendalian yang dapat meningkatkan usaha swadaya yang

berdasarkan atas kegotong royongan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang.

Selanjutnya dikatakan pula bahwa pembangunan desa adalah upaya

pembangunan yang secara langsung berorientasi pada peningkatan taraf hidup

masyarakat desa secara merata, menyeluruh dan meliputi berbagai hidup dan

kehidupan masyarakat.Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang Pemerintah Desa. Dan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Pemerintah didaerah, menjelaskan bahwa pembangunan desa adalah

pembangunan yang dilaksanakan diwilayah pemerintahan terendah yaitu tingkat

desa atau kelurahan (Kansil, 1991:193).

Rahardjo (1978:11) mengemukakan bahwa pembangunan desa adalah

suatu atau rangkaian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup serta

kehidupan lingkungan orang desa agar potensi sosial, ekonomi dan politik
25
25

wilayah pedesaan mendukung ketahanan nasional didesa.Ndraha (1980:3)

mengatakan bahwa pembangunan desa sebagai suatu proses didalam mana

masyarakat desa berkenan mengambil bagian secara aktif atau bagian perkataan

lain berpartisipasi dan memberikan bimbingan, pembinaan, pengarahan,

pengawasan dan bantuan.

Sedangkan menurut Sondang P.Siagian (2008) pembangunan merupakan

suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara

terencana serta sadar, yang di tempuh oleh suatu negara menuju modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa. Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non

fisik. Pembangunan fisik adalalah pembangunan yang dapat di rasakan langsung

oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro 2010:20),

pembangunan fisik misalnya berupa Infrastruktur, bangunan, fasilitas umum.

Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang

tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang

lama (Wresniwiro,2012) contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa

peningkatan perekonomian rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat

(Wresniwiro, 2012). Sedangkan menurut Saul M. Katz dalam Yuwono (2001 :47)

pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal dari suatu keadaan tertentu

keadaan yang dipandang lebih bernilai. Maka untuk mencapai pembangunan

nasional yang berkeadilan itu, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah.

Pembangunan yang telah dicanangkan selama ini dapat berjalan sesuai

harapan bersama apabila mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat,


26
26

seperti yang dikemukakan oleh Gran dalam Yumono (2001 : 54). Bahwa

peningkatan kesejahteraan manusia menjadi fokus sentral dari pembangunan,

dimana pembangunan masyarakat yang menentukan tujuan sumber-sumber

pengawasan dan mengarahkan proses-proses pelaksanaan pembangunan. Contoh

dari pembanguan fisik adalah:

a. Prasarana perhubungan yaitu: jalan, jembatan dll.

b. Prasarana pemasaran yaitu: gedung, pasar.

c. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah ibadah, dan Puskesmas.

Pembangunan non fisik adalah pembangunan yang tidak terwujud namun

dapat di rasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pembangunan ini sering di sebut

pembangunan masyarakat, yang berupa :

1. Pembangunan bidang keagamaan

2. Pembangunan bidang kesehatan dan keluarga berencana

3. Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban

4. Pelayanan terhadap urusan masyarakat seperti pembuatan KTP,pembuatan

kartu keluarga, pembuatan surat kelahiran

5. Pembuatan surat keterangan berdomisili.

Dari pendapat tersebut diatas, dapat pula disimpulkan bahwa

pembangunan desa adalah pembangunan yang berlangsung didesa dengan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh tanpa

mempertimbangkan sifat kedaerahan dan keyakinan. Oleh karena itu, salah satu

ciri utama pembangunan desa adalah keikutsertaan seluruh masyarakat.


27
27

2.2 Kajian Empirik

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulisbaca diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Edi Gunawan tahun 2011 dengan judul

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan

pembangunan di Kepenghuluan Tanjung Leban Kecamatan Kubu Kabupaten

Rokan Hilir. Pada penelitian ini menunjukkan kurang berpengaruhnya faktor

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Karena masyarakat sibuk

bekerja untuk mencari kehidupan sehari-hari dan juga masyarakat beranggapan

pembangunan adalah tugas pemerintahan daerah kabupaten. Sehingga mereka

merasa dimanjakan oleh pembangunan yang sudah ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugih Mulyana tahun 2013 dengan judul

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di desa Banjar Panjang

Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Pada penelitian tersebut

menunjukanbahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu:

usia, dimana usia yang dominan. Berdasarkan penelitian yaitu usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan/penghasilan,dan lamanya tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutami tahun 2009 dengan judul partisipasi

masyarakat pada pembangunan prasarana lingkungan melalui Program

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta

Utara pada penelitian tersebut menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan


28
28

masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam

berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan

prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama

yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi

adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah

berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta

Utara berada pada tingkat therapy.


29
29

2.3 Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan pembangunan di
Kecamatan Tongauna

Pemerintah
Partisipasi Faktor-Faktor yang
Masyarakat Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat

 Sumbangan  Pusat  Anggaran


ide/pikiran  Faktor Pendukung  Kabupaten  Program
 Bantuan Keuangan  Faktor Penghambat  kecamatan Pembangunan
 Bantuan Material
 Bantuan Tenaga

Analisis

Kesimpulan
dan
Rekomendasi

Gambar 1
Skema Kerangka Pemikiran
29

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe,

yang dimana Kecamatan Tongauna merupakan salah satu Kecamatan yang

terindikasi mengalami keterbelakangan dilihat dari sektor pembangunannya.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan

Tongaunayang pada saat penelitian dilakukan berjumlah sebanyak 4.520 KK.

3.2.2Sampel

Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan yang dimiliki

penulis maka sampel penelitian ini ditetapkan secara purposive sampling

(sengaja). Dengan menetapkan klasifikasi sampel berdasarkan jenis pekerjaan

yaitu pegawai, petani, pedagang dan wiraswasta. Sehingga jumlah sampel

keseluruhan adalah 60 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu cara mengumpulkan data yang berdasarkan atas tinjauan dan

pengamatan penelitian secara langsung terhadap aspek-aspek yang terkait

dengan partisipasi masyarakat dalam proses perencanan pembangunan.

29
30
30

b. Interview atau wawancara, yaitu tindakan dalam melakukan tanya jawab secara

langsung dengan informan yang telah dipilih dalam hal pengumpulan informasi

yang akurat.

c. Kuisioner, yaitu memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk

mengetahui partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa serta

untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat tingkat partisipasi

masyarakat.

d. Dokumen, yaitu data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penulisan ini

berupa kemajuan pembangunan.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data primer, diperoleh langsung dari responden dan informan penelitian

dengan cara melaksanakan observasi terhadap berbagai macam pelaksanaan

pembangunan, dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada

responden.

Data primer antara lain: tingkat partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan

berupa pelaksanaan gotong royong, sumbangan dalam bentuk materi dan

tenaga, serta kegiatan-kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan selama

beberapa tahun terakhir.

2) Data sekunder, diperoleh dari berbagai sumber dengan cara menelaah buku-

buku, dokumen, laporan pelaksanaan pembangunan, serta mengutip dan

mencatat berbagai informasi dalam bentuk yang sudah jadi.


31
31

Data sekunder antara lain: keadaan wilayah, jumlah penduduk, struktur umur,

jumlah Kepala Keluarga, jenis mata pencaharian penduduk, dan berbagai

laporan hasil kegiatan pembangunan yang melibatkan masyarakat.

3.5 Definisi Operasional

Untuk memberikan suatu pemahaman agar lebih mempermudah

pelaksanaan program pembangunan fisik, maka perlu adanya batasan penelitian

yang dioperasionalkan sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat menghendaki adanya kontribusi terhadap kepentingan

atau tujuan kelompok dalam hal pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat di

operasionalkan sebagai berikut :

a. Sumbangan pemikiran atau ide-ide, merupakan partisipasi berupa buah

pemikiran atau pendapat, baik untuk proses perencanaan maupun untuk

memperlancar program pembangunan.

b. Bantuan keuangan, merupakan bentuk partisipasi anggota masyarakat yang

suka rela menyumbangkan uang untuk pembangunan.

c. Bantuan material, merupakan partisipasi dalam bentuk menyumbangkan

bantuan material yang diperuntukkan untuk pembangunan yang bersifat

fisik seperti pembangunan masjid, jembatan, perbaikan jalan dan sarana

umum lainnya.

d. Bantuan tenaga, merupakan partisipasi masyarakat yang terlibat langsung

dalam pelaksanaan pembangunan.


32
32

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya partisipasi masyarakat terhadap

proses pembangunan di Kecamatan Tongauna dapat dioperasionalkan sebagai

berikut:

a. Faktor pendukung yang dimaksud adalah segala sesuatu yang sifatnya

membantu atau mendukung peran serta masyarakat dalam pembangunan

yang ada di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe agar berjalan lancar

sesuai dengan yang diinginkan.

b. Faktor penghambat yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi

pengganjal atau yang menghalangi keikutsertaan masyarakat di dalam

pembangunan yang ada di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.

3. Pelaksanaan pembangunan yaitu menyangkut program pembangunan yang

dibiayai anggaran negara, termasuk didalamnya kebijaksanaan serta prosedur

yang mendukung keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan

pembangunan. Adapun pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan

masjid di lima desa diwaktu yang berbeda didirikan pada tahun 2010,

pembangunan jembatan yang menghubungan antara desa Ambopi dan desa

Waworoda jaya yang didirikan pada tahun 2011, perbaikan jalan di Kelurahan

Mataiwoi pada tahun 2011, perbaikan kantor Camat dan kantor PKK pada

tahun 2012, dan pembangunan beberapa sekolah di Kecamatan Tongauna.

4. Anggaran dan Program Pembangunan

a. Anggaran Pembangunan yaitu menyangkut pembangunan untuk kemajuan

dan kemudahan hidup yang biasanya menyangkut hajat hidup orang banyak.
33
33

Contohnya pembangunan jalan raya, pasar, sekolah, dan sebagainya.

Anggaran pembangunan ini berkutat di pembangunan infrastruktur.

Anggaran pembangunan tidak selalu ada setiap bulan/tahun, tapi hanya

ketika pembangunannya masih berjalan.

b. Program Pembangunan yaitu unsur pertama yang harus ada demi

terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program pembangunan dibuat

beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan

mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program pembangunan maka segala bentuk rencana akan lebih

terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang di kumpulkan akan di analisis secara kualitatif dan bersifat

deskriptif. Pada analisis kualitatif, kata-kata di bangun dari hasil wawancara atau

pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk di deskripsikan dan dirangkum.

Analisis tersebut di dukung oleh tabel frekuensi pada beberapa variabel

pendukung yang di jadikan indikator dalam penelitian ini. Analisis data untuk

memperoleh gambaran tentang kondisi setiap variabel secara tunggal dilakukan


34
34

dengan tabel frekuensi dengan analisis deskriptif dengan menentukan rentang

skala. Adapun rumus yang digunakan (Sumber: Pasaribu dalam Suryawan Adib,

2004:73) adalah :

1. Nilai Skor = Frekuensi x Nilai Bobot

2. Rata-rata Skor = Nilai Skor


N

Berdasarkan perhitungan hasil analisis partisipasi masyarakat dan berbagai

usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan program pembangunan dapat dilihat

dengan menggunakan Rentang Skala Nilai Mutu dengan sebutan sebagai berikut:

1. Tinggi : >3

2. Sedang : 2–3

3. Rendah : <2

Analisa ini di maksudkan agar temuan-temuan dari berjalan tidaknya

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan di lokasi

penelitian dapat di kaji lebih mendalam dari fenomena yang ada dapat di

gambarkan secara lebih terperinci.


35

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan di

Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. Bab ini menguraikan tentang tingkat

partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa.

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Tongauna

Kecamatan Tongaunadulunya merupakanKecamatan Abuki yang terdiri

dari 35 desa dan 5 kelurahan yaitu Kelurahan Puosu, Kel.Sendang Mulia Sari,

Kel. Mekar Sari, Kel. Mataiwoi, Kel. Tongauna, desaAsao, Sanuanggamo,

Puundompi, Ambopi, Waworoda Jaya, Lalonggowuna, Olua Ao, Momea,

Anggohu, Ambepulu, Andeposandu, Olo Onua, Nambeaboru, Barowila,

Andalambe, Arubia, Kumapo, Walay, Epeea, Kasuwura, Sambeani, Punggaluku,

Abuki, Asolu, SP A, SP B, SP C, SP D, SP E, Alosika, Garuda, Asinua Tua,

Latoma Tua, Tongalino, dan Laramo.

Setelah terjadinya pemekaran, Kecamatan ini membentuk menjadi

Kecamatan baru yaitu Kecamatan Tongaunayang mencakup 15 desa dan 5

kelurahan yakni Kelurahan Puosu, Kel.Sendang Mulia Sari, Kel. Mekar Sari, Kel.

Mataiwoi, Kel. Tongauna, desa Asao, Sanuanggamo, Puundompi, Ambopi,

Waworoda Jaya, Lalonggowuna, Olua Ao, Momea, Anggohu, Ambepulu,

Andeposandu, Olo Onua, Nambeaboru, Barowila, Andalambe. Kecamatan

Tongaunapada saat itu terbentuk pada tahun 2008 dengan sebab kepadatan

35
36
36

penduduk saat itu yang terlalu banyak, selain alasan luas wilayah serta keinginan

masyarakat yang telah dimusyawarakan dan di sepakati bersama dengan alasan

mendasar untuk pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat sehingga issu pemekaran yang di dengungkan akan mencapai

tujuannya dan tidak akan terhenti pada kepentingan politik semata.

4.1.2 Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Tongauna

Kecamatan Tongauna dengan ibu kotanya kelurahan Tongauna, berjarak

73 km dari kota Kendari, terletak pada 3049.406 LS dan 121000.419 BT.

Kecamatan Tongauna mempunyai batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Unaaha dan Kecamatan

Anggaberi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Uepai

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Abuki

Kecamatan Tongauna memiliki luas sebesar 22.377 Ha atau 3.35 persen

dari luas Kabupaten Konawe. Desa dengan luas wilayah Kecamatan Tongauna

dan yang terkecil adalah Desa Andalambe dengan luas 130 Ha atau 0.58 persen

dari luas wilayah kecamatan.


37
37

Tabel 4.1
Luas wilayah (Ha) dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan
Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Puosu 1.098 4,91
2 Sendang Mulia Sari 474 2,12
3 Mekar Sari 546 2,44
4 Mataiwoi 535 2,39
5 Tongauna 6.212 27,76
6 Asao 3.200 14,3
7 Sanuanggamo 301 1,35
8 Puundompi 696 3,11
9 Ambopi 402 1,8
10 Waworoda Jaya 265 1,18
11 Lalonggowuna 3.748 16,75
12 Olua Ao 296 1,32
13 Momea 1.553 6,94
14 Anggohu 327 1,46
15 Ambepulu 428 1,91
16 Andeposandu 375 1,68
17 Olo Onua 250 1,12
18 Nambeaboru 244 1,09
19 Barowila 1.298 5,8
20 Andalambe 130 0,58
Jumlah 22.377 100
Sumber: Desa/Lurah
38
38

Tabel 4.2
Jarak Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi dengan Desa/Kelurahan
Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Jarak Ke Ibukota (Km)
Kecamatan Kabupaten Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Puosu 4,1 2,5 78,4
2 Sendang Mulia Sari 5,4 1,3 77,7
3 Mekar Sari 6,5 2,1 79,2
4 Mataiwoi 2,6 5,1 82,3
5 Tongauna 0,4 7,0 84,2
6 Asao 1,8 8,2 86,2
7 Sanuanggamo 7,4 14,4 97,7
8 Puundompi 7,4 14,4 97,7
9 Ambopi 7,2 14,2 97,2
10 Waworoda Jaya 6,8 13,8 94,6
11 Lalonggowuna 3,1 9,2 90,2
12 Olua Ao 7,1 14,1 97,6
13 Momea 4,2 10,1 83,6
14 Anggohu 7,2 14,1 94,6
15 Ambepulu 4,4 2,9 78,1
16 Andeposandu 0,89 7,3 85,8
17 Olo Onua 8,0 15,0 96,0
18 Nambeaboru 11,2 17,0 90,1
19 Barowila 11,9 18,0 99,9
20 Andalambe 8,9 14,6 94,8
Sumber: Desa/Lurah
39
39

Gambar 2
Persentase Luas Wilayah Terhadap Kecamatan Tahun 2014

Puosu
Sendang Mulia Sari
Mekar Sari
1% Mataiwoi
1% 2%
1% 2% 2%
2% 2% 6% 5%
Tongauna Asao
Sanuanggamo
1% 7% Puundompi
Ambopi
28%
Waworoda
m Jaya
17%
Lalonggowuna
Olua Ao
15% Momea
Anggohu
1%
2% 3% Andeposandu
1%
Olo Onua
N mbeaboru
Barowila
a
Andalambe

Sumber: Desa/Lurah

4.1.3 Pemerintahan

Pemerintah dapat diartikan sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan

untuk membuat dan menerapkan hukum serta Undang-Undang diwilayah tertentu.


Wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Tongauna berkedudukan

Kelurahan Tongauna yang terdiri dari desa/Kelurahan yaitu 5 kelurahan dan 15

desa definitif.
40
40

Dua desa yang baru definitif adalah Desa Barowila hasil pemekaran dari

Desa Asao, dan Desa Andalambe hasil pemekaran dari Desa Momea, yang

keduanya definitif pada tahun 2014. Dari setiap desa/kelurahan terdiri antara 3

sampai 5 dusun/lingkungan dengan membawahi antara 6 sampai 10 RT. Data

lengkap jumlah dusun/lingkungan dan RT setiap desa/kelurahan terdapat pada

tabel berikut.

Tabel 4.3
Pembagian Wilayah Administratif Pemerintahan menurut Desa/Kelurahan
Tahun 2014
Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Puosu 5 10 15
Sendang Mulia Sari 5 10 15
Mekar Sari 4 8 12
Mataiwoi 4 8 12
Tongauna 3 6 9
Asao 3 6 9
Sanuanggamo 3 6 9
Puundompi 3 6 9
Ambopi 3 6 9
Waworoda Jaya 3 6 9
Lalonggowuna 3 6 9
Olua Ao 3 6 9
Momea 3 6 9
Ambepulu 3 6 9
Anggohu 3 6 9
Andeposandu 3 6 9
Olo Onua 3 6 9
Nambeaboru 3 6 9
Barowila 3 6 9
Andalambe 3 6 9
Jumlah 67 134 201
Sumber:Desa/Lurah
41
41

4.1.4 Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Tongauna tahun 2011 sebanyak 15.785 jiwa.

Penduduk Kecamatan Tongauna pada tahun 2014 berjumlah 16.667 jiwa,

mengalami kenaikan sebesar 882 jiwa.Secara umum, kepadatan penduduk

Kecamatan Tongauna mengalami peningkatan dari 72,51 jiwa per kilometer

persegi tahun 2013 menjadi 74,48 jiwa pada tahun 2014. Jumlah rumah tangga

sebesar 3.676 rumah tangga dengan rata-rata 4-5 orang per rumah tangga.

Dari 16.667 jiwa penduduk Kecamatan Tongauna, sebanyak 8.732 (52,42

persen) adalah laki-laki dan 7.935 (47,58 persen) adalah perempuan. Berarti jenis

kelamin (sex ratio) penduduk Kecamatan Tongauna adalah sebesar 110,86.

Artinya jika terdapat 100 penduduk perempuan maka terdapat 110 penduduk laki-

laki.

Tabel 4.4
Kondisi Demografis Kecamatan Tongauna Tahun 2013-2014
Tahun
Kategori
2013 2014
Penduduk 16.226 16.667
laki-Laki 8.506 8.732
Perempuan 7.720 7.935
Rasio Jenis Kelamin 110,18 110,86
Rumah Tangga 3.548 3.676
2
Kepadatan(Jiwa/Km ) 72,51 74,48
Penduduk Per RT 4,51 4,54
Sumber: BPS Konawe, proyeksi Supas SP 2011

Berdasarkan tingkat usia, penduduk dapat dibagi atas anak-anak (dibawah

usia 15 tahun), lanjut usia (65 tahun keatas) dan dewasa anak-anak dan lanjut usia

disebut kelompok usia tidak produktif, sedangkan dewasa (15 tahun s.d 64 tahun)
42
42

disebut kelompok usia produktif. Perbandingan penduduk produktif dan tidak

produktif merupakan angka ketergantungan (dependency ratio). Rasio

ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi

demografi.

Pada tahun 2014, komposisi penduduk anak-anak sekitar 35,14 persen atau

5.702 jiwa, penduduk dewasa 61,43 persen atau 9.967 jiwa dan penduduk usia

lanjut sekitar 3,43 persen atau 571 jiwa. Dengan demikian Angka Beban

Ketergantungan sebesar 62,8 persen. Artinya dalam 100 penduduk produktif

masih dibebani oleh sekitar 62 hingga 63 penduduk tidak produktif.

Tabel 4.5
Struktur Umur Penduduk Kecamatan TongaunaTahun 2014
Kelompok Umur L P Jumlah
0-14 tahun 3.098 2.760 5.858
65 tahun + 289 282 571
Usia non Produktif 3.387 3.042 6.429
15-64 tahun 5.283 4.893 10.238
Usia Produktif 5.283 4.893 10.238
Sumber: BPS Konawe, proyeksi Supas SP 2011
43
43

Tabel 4.6
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
00-04 1.075 952 2.027
05-09 1.065 951 2.016
10-14 958 857 1.815
15-19 804 724 1.528
20-24 712 677 1.389
25-29 780 718 1.498
30-34 697 646 1.343
35-39 628 575 1.203
40-44 515 474 989
45-49 414 380 794
50-54 352 325 677
55-59 264 206 470
60-64 179 168 347
65-69 127 115 242
70-74 81 85 166
75 + 81 82 163
Jumlah 8.732 7.935 16.667
Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe

4.1.5 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan sebagai

faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana

pendidikan mutlak untuk kemajuan suatu daerah.

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah partisipasi murid untuk

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi semakin berkurang. Rasio guru per

sekolah menunjukkan rata-rata banyaknya guru untuk satu sekolah. Jumlah tenaga

pengajar yang ada sudah cukup memadai.


44
44

Tabel 4.7
Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014
Tingkat Sekolah Sekolah Guru PNS GTT Murid
(1) (2) (3) (4) (5)
TK 7 9 26 324
SD 18 104 96 2.325
SMP 5 28 65 693
SMA 2 23 39 652
Sumber: Dinas Cabang Pendidikan Nasional Kecamatan Tongauna

Seperti tabel diatas dapat dilihat bahwa di wilayah Kecamatan Tongauna

terdapat 7 unit Taman Kanak-kanak dan diketahui mempunyai murid sebanyak

324 orang. 18 unit Sekolah Dasar dimana mempunyai murid sebanyak 2.325

orang. 5 unit Sekolah Menegah Pertama dan mempunyai murid sebanyak 693

orang dan 2 Unit Sekolah Menengah Atas yang mempunyai murid sebanyak 652

orang.

Tabel 4.8
Jumlah Guru Per Sekolah, Murid Per Sekolah dan Murid Per Guru
Menurut Tingkat Sekolah Tahun 2014
Tingkat Guru Per Murid Per Murid Per
Sekolah Sekolah Sekolah Guru
(1) (2) (3) (4)
TK 5 36 9,26
SD 11,11 129,17 11,63
SMP 16,6 136,6 7,28
SMA 31 326 10,58
Sumber: Dinas Cabang Pendidikan Nasional Kecamatan Tongauna
45
45

Tabel 4.9
Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan
TongaunaTahun 2014
Jumlah Sekolah
No Desa/Kel. Ket.
TK SD SMP SMA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Puosu - 1 1 SLTP Swasta
2 Sendang Mulia Sari 1 1 1 1 SMK
3 Mekar Sari - 2 - -
4 Mataiwoi - 1 - -
5 Tongauna 2 2 - -
6 Asao 1 1 1 -
7 Sanuanggamo 1 2 - -
8 Puundompi - 1 - -
9 Ambopi - 1 - -
10 Waworoda Jaya 1 2 1 - Tsanawiah
11 Lalonggowuna 1 - 1
12 Olua Ao - - - -
13 Momea - 1 - -
14 Anggohu - - - -
15 Ambepulu - 1 - -
16 Andeposandu - - -
17 Olo Onua - - 1 -
18 Nambeaboru 1 1 - -
19 Barowila - - - -
20 Andalambe - - - -
Jumlah 7 18 5 2
Sumber:UPTD Pendidikan Kecamatan Tongauna

SMP terdapat di Desa Asao, Sendang Mulia Sari dan Desa Olo Onua.

Terdapat pula satu SLTP Swasta di Kelurahan Puosu, serta satu Madrasah

Tsanawiah Swasta di Desa Waworoda Jaya. Terdapat tujuh taman kanak-kanak

(TK) yang berkedudukan di Desa Sendang Mulia Sari, Tongauna, Asao,

Sanuanggamo, Waworoda Jaya dan Nambeaboru.


46
46

Partisipasi sekolah untuk umur 13 tahun keatas masih kurang. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah di Kecamatan Tongauna adalah

delapan tahun. Sehingga program wajib belajar 9 tahun belum terlaksana dengan

baik.

4.1.6 Ketenagakerjaan

Bidang ketenagakerjaan merupakan masalah nasional akhir-akhir ini yang

sangat menonjol karena banyak penduduk yang memasuki pasar kerja. Dalam hal

ini, pencari kerja tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja.Kecamatan

Tongauna memiliki berbagai sumber mata pencaharian.

Sebagian besar penduduk Kecamatan Tongauna petani tanaman pangan

yang mencapai 76,72 persen disusul petani tanaman perkebunan sebesar 4,40

persen. Tidak ada penduduk yang bekerja pada sektor industri besar maupun

nelayan. Hal ini disebabkan tidak adanya industri besar di wilayah Kecamatan dan

bukan merupakan daerah laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.
47
47

Tabel 4.10
Sumber Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan TongaunaTahun 2014
No Desa/Kel. Orang %
1 Petani Tanaman Pangan 8.657 76,72
2 Petani Tanaman Perkebunan 497 4,40
3 Nelayan - -
4 Peternakan 90 0,80
5 Pedagang 451 4,00
6 Industri Mikro Kecil 262 2,32
7 Industri Mikro Besar - -
8 Angkutan Darat 80 0,71
9 PNS 327 2,90
10 POLRI-TNI 76 0,67
11 Pensiunan PNS/POLRI/TNI 69 0,61
12 Buruh Perkebunan 159 1,41
13 Jasa-Jasa 53 0,47
14 Pertukangan 352 3,12
15 Perbengkelan 77 0,68
16 Wiraswasta 99 0,88
17 Lain-Lain 35 0,31
Jumlah 11.284 100,00
Sumber: Kantor Camat Tongauna

4.1.7 Agama

Agama merupakan hak asasi manusia dan diberikan kebebasan untuk

menganut agama menurut kepercayaan masing-masing dan di Kecamatan

Tongauna terdapat beberapa agama diantaranya Islam, Kristen, adapun Kristen

terbagi atas Kristen Katolik dan Kristen Protestan, dan Hindu.

4.1.8 Suku

Dilihat dari jenis suku bangsa, penduduk yang mendiami Kecamatan

Tongauna Kabupaten Konawe cukup beragam, seperti suku Tolaki, suku Jawa,

suku Bugis, suku Bali dan lain-lain yang berdomisili di Kecamatan Tongauna.
48
48

4.2 Karakteristik Responden

Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik penarikan

sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu secara sengaja

dengan memilih responden yang mengetahui tentang tingkat partisipasi

masyarakat dalam menunjang pembangunan desa, dengan jumlah sebanyak 60

responden. Responden dalam penelitian ini mempunyai latar belakang yang

berbeda-beda baik dari segi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun jenis

pekerjaan.

4.2.1 Menurut Usia Responden

Tabel 4.2.1
Menurut Usia Responden Di Kecamatan Tongauna
No Umur/Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1 20-24 4 6,67
2 25-29 7 11,67
3 30-34 5 8,33
4 35-39 15 25
5 40-44 10 16,67
6 45-49 10 16,67
7 50-54 3 5
8 55-60 6 10
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Karakteristik Responden berdasarkan umur diperoleh rata-rata 39 tahun,

dimana usia terendah 20 dan yang tertinggi adalah 58 tahun. Data tersebut

menunjukkan bahwa dari 60 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini

berada pada tingkat usia produktif, dimana pada usia tersebut sangat diharapkan

bahwa jawaban atau penilaian yang diberikan responden pada kuisioner yang
49
49

diberikan penulis adalah benar-benar sesuai dengan kondisi yang terjadi atau

sementara berlangsung selama ini mengenai partisipasi masyarakat dalam

menunjang pembangunan desa di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa usia dengan frekuensi 35-39 tahun

yang banyak menjadi responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 15 orang atau

25% dan usia 50-54 tahun yang sedikit yaitu 3 orang atau 10%.

4.2.2 Menurut Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2.2
Menurut Jenis Kelamin Responden Di Kecamatan Tongauna
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Laki-Laki 48 80
2 Perempuan 12 20
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Pada tabel diatas menunjukkan distribusi responden, berdasarkan jenis

kelamin berjumlah 60 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 48 orang atau

80%, sedangkan perempuan berjumlah 12 orang atau 20% sehingga dapat

dikatakan bahwa didominasi oleh responden laki-laki karena masyarakat yang

dipilih hanya sebagian kecil perempuan.


50
50

4.2.3 Menurut Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.2.3
Menurut Tingkat Pendidikan Responden Di Kecamatan Tongauna
No Tingkat Pendidikan Frekuensi %
1 SD 7 11,67
2 SMP 11 18,33
3 SMA 20 33,33
4 Diploma 9 15
5 Sarjana 13 21,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Berdasarkan pada tabel di atas di jelaskan bahwa tingkat pendidikan

masyarakat di Kecamatan Tongauna beragam, dari mereka yang tamat SMA

sebanyak 20 orang dengan persentase 33,33% dan masyarakat yang berpendidikan

SD sebanyak 7 orang dengan persentase 11,67%. Hal ini disebabkan karena

masyarakat di Kecamatan Tongauna sudah cukup memahamiarti sebuah

pendidikan dan dari segi pengalaman diharapkan dapat memberikan informasi

secara obyektif. Tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap

pelaksanaan Pembangunan karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh seseorang maka makin besar pula sumbangsi pemikiran yang

diberikan dalam pelaksanaan pembangunan.


51
51

4.2.4 Menurut Jenis Pekerjaan Responden

Tabel 4.2.4
Menurut Jenis Pekerjaan Responden Di Kecamatan Tongauna
No Pekerjaan Utama Frekuensi (f) Persentase (%)
1 PNS 3 5
2 Guru 3 5
3 Wiraswasta 14 23,33
4 Aparat Desa 3 5
5 Petani 29 48,33
6 Tukang Kayu 1 1,67
7 Ibu Rumah Tangga 7 11,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan yang banyak ditekuni

oleh responden di Kecamatan Tongauna yaitu petani sebanyak 29 orang atau

48,33% selanjutnya yang bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 14 orang atau

23,33% dan Ibu Rumah Tangga berjumlah 7 orang atau 11,67% selanjutnya yang

berprofesi sebagai PNS, Aparat Desa dan Guru masing-masing berjumlah 3 orang

atau 5% serta yang bekerja sebagai tukang kayu berjumlah 1 orang atau 1,67%.

Sehingga dapat dikatakan jenis pekerjaan responden yang banyak ditekuni adalah

petani.

4.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan Desa

Keberhasilan suatu proses pembangunan tidak dapat dilepaskan dari

adanya partisipasi anggota masyarakatnya, baik sebagai kesatuan sistem maupun

sebagai individu yang merupakan bagian yang sangat terintegrasi dan sangat

penting dalam proses dinamika pembangunan, karena secara prinsip

pembangunan ditunjukkan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Oleh


52
52

karena itu kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat merupakan salah satu

kunci keberhasilan pembangunan, dalam hal ini mencapai target pembangunan

perlu ditunjukkan oleh kebijaksanaan pemerintah. Sehubungan dengan itu didapat

dikatakan bahwa pembangunan yang sedang dalam proses ditentukan oleh besar

kecilnya partisipasi masyarakat yaitu :

a. Partisipasi sebagai titik awal perubahan

b. Partisipasi dalam memperhatikan,menyerap dan memberi tanggapan terhadap

informasi.

c. Partisipasi dalam perencanaan.

d. Partisipasi dalam melaksanaan operasional.

e. Partisipasi dalam menerima dan mengembangkan hasil pembangunan.

f. Partisipasi dalam menilai pembangunan.

Melihat bentuk partisipasi yang dikemukakan di atas, bagi masyarakat

Kecamatan Tongauna dengan corak kehidupannya untuk mencapai sukses

pembangunan hendaknya lebih mengetahui kemampuan dan keadaan nyata

dengan memperhatikan aspek-aspek pokok yang berkaitan dengan pembangunan.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dari Pak Iskandar (tanggal 17 November

2015) yakni seorang warga Kecamatan Tongauna yang mengatakan bahwa:

“…tidak semua program pembangunan yang ada bisa terlaksana di Kecamatan

Tongauna, pembangunan di Kecamatan Tongauna tetap memperhatikan

kondisi masyarakat, lingkungan, dan manfaat dari pembangunan yang akan di

laksanakan, selain itu tidak semua pembangunan yang ada, kita “Masyarakat’

bisa berpartisipasi aktif, karena memang harus melihat apakah pembangunan di

tujukan untuk kami atau tidak…”


53
53

Adapun bentuk partisipasi masyarakat tersebut yang secara umum

mewarnai masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan, partisipasi tersebut

apabila diklasifikasikan secara ideal. Maka menurut penulis ada empat aspek yang

bentuk ideal partisipasi masyarakat Kecamatan Tongauna dalam pembangunan

yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan ide-ide/pemikiran (non fisik), bantuan

keuangan, bantuan material, dan partisipasi secara langsung (tenaga). Keempat

aspek tersebut dapat dilihat melalui serangkaian uraian hasil penelitian sebagai

berikut:

4.3.1 Partisipasi Non Fisik (Sumbangan Ide-Ide/Pemikiran)

Partisipasi masyarakat secara langsung dalam setiap proses pembangunan

suatu masyarakat mutlak bagi tercapainya tujuan pembangunan. Idealnya

partisipasi masyarakat yaitu usaha untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat

untuk berpartisipasi, sehingga proses pembangunan dapat meringangkan beban

dan akhirnya pembangunan itu dapat dirasakan secara adil dan sejahtera.

Demikian pula secara sederhana dapat diketahui bahwa masyarakat hanya akan

terlihat dalam aktifitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut ambil dalam

menentukan apa yang akan dilaksanakan.

Hal penting yang perlu di perhatikan adalah kesediaan untuk membantu

berhasilnya setiap program sesuai kemampuan yang dimiliki setiap orang tanpa

berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri sudah di kategorikan ke dalam

pengertian partisipasi. Oleh sebab itu dalam partisipasi non fisik masyarakat

sangat mendasar sekali, terutama dalam tahap perencanaan dan pengambilan


54
54

keputusan. Karena keikutsertaan ini adalah ukuran tingkat partisipasi masyarakat.

Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendiri semakin besar

partisipasi dalam pembangunan.

Hal ini sesuai dengan wawancara pada tanggal 19 November 2015 dengan

bapak Camat Tongauna Kabupaten Konawe yakni mengemukakan bahwa:

”…pembangunan yang ada di Kecamatan Tongauna sebagian besar adalah


hasil musrembang yang telah di laksanakan bersama masyarakat. Secara tidak
langsung ide dan gagasan pembangunan awalnya merupakan bagian dari
partisipasi masyarakat Kecamatan Tongauna, jadi mereka ’masyarakat’
memang sudah berpartisipasi…”
Keberhasilan suatu pembangunan, bagaimana bentuk dan hasilnya tidak

dapat dilepaskan oleh adanya putusan-putusan yaitu melalui tahapan-tahapan

pengambilan keputusan. Pada tahap-tahap tertentu keterlibatan masyarakat

sangatlah di butuhkan mengingat ide-ide atau pemikiran dapat menjadi bahan

pertimbangan.

Partisipasi masyarakat dalam bentuk non fisik adalah bagaimana

masyarakat terlibat dalam memberikan buah pikirannya dalam proses

pembangunan. Salah satu contohnya adalah ide perluasan jalan menuju area

persawahan serta pembuatan aliran irigasi menuju area persawahan warga

terutama saat musim kemarau yang terjadi.

Penyaluran ide-ide atau sumbangan pemikirannya dapat di salurkan lewat

lembaga-lembaga formal yang ada. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat di

Kecamatan Tongauna dalam pembangunan dengan bentuk ide/pemikiran, maka

dapat dilihat pada keikutsertaan dalam mengikuti rapat-rapat dan keaktifan dalam

memberi pendapat dan saran dalam pertemuan. Berikut ini dapat dilihat keaktifan
55
55

responden dalam menyumbangkan ide/saran dalam proses pembangunan di

Kecamatan Tongauna.

Tabel 4.3.1
Partisipasi Dalam Bentuk Sumbangan Ide/Pikiran
Di Kecamatan Tongauna
Responden Bobot Nilai Frekuensi Jumlah Skor %
Sangat Aktif 4 15 60 35,93
Aktif Kurang 3 25 75 44,91
Aktif Tidak 2 12 24 14,37
Aktif 1 8 8 4,79
Jumlah - 60 167 100
Sumber: Data Primer Di Olah Tahun 2015

Berdasarkan pada tabel 4.3.1 tersebut, menunjukkan partisipasi responden

dalam memberikan ide-ide/pemikirannya untuk pembangunan di Kecamatan

Tongauna. Responden yang memberikan jawaban aktif sebanyak 25 responden

dengan persentase 44,91%.

Hal ini di dukung oleh jumlah skor yang dicapai yaitu 2,78 berarti pada

kategori sedang dengan cara perolehan rata-rata skor sebagai berikut :

F x Bobot Nilai = Jumlah Skor


15 x 4 = 60
Jumlah Skor Keseluruhan
= Rata-Rata Skor
Jumlah Responden

167
= 2,78
60
Berdasarkan wawancara langsung terhadap beberapa responden maka

diketahui bahwa rata-rata responden yang menyatakan sangat aktif mengikuti

rapat dan memberikan pendapat dan sarannya karena mereka selalu di undang

oleh pemerintah Kecamatan untuk rapat. Selain itu karena adanya kesadaran

pribadi untuk membantu terlaksananya pembangunan. Alasan lain yang diperoleh


56
56

sehingga responden kurang aktif dan tidak aktif dalam memberikan saran atau

pendapatnya karena mereka tidak pernah diundang, di samping itu ada juga

masyarakat yang pasif mengikuti rapat karena tidak mempunyai kemampuan

berbicara di depan umum.

Hal ini sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh ibu Hasmiah, sekertaris

Desa Momea, (wawancara tanggal 18 November 2015) yang mengatakan bahwa:

“…kami sering mengundang masyarakat jika ada pembangunan yang akan di


laksanakan tapi terkadang yang datang hanya itu-itu saja, yaitu orang-orang
yang bisa bicara, dan orang-orang yang kurang aktif itu biasanya terkendala,
karena mereka hanya datang dan mendengarkan. Tapi mereka biasa aktif jika
pelaksanaan pembangunan di lapangan..”
Walaupun tingkat partisipasi non fisik masyarakat dalam kategori sedang,

tidak berarti dalam pemikiran yang bersumber dari masyarakat tidak diakomodasi

secara proporsional.

4.3.2 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Keuangan

Dalam upaya menggerakkan program pembangunan, dana merupakan

salah satu penggerak utama yang menentukan dalam menyelenggarakan

pembangunan. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pembangunan tanpa

didorong oleh dana yang memadai prosesnya akan pincang dan hal ini merupakan

fenomena umum yang dialami setiap daerah tak terkecuali Kecamatan Tongauna.

Untuk mengantisipasi fenomena tersebut di atas, berbagai upaya di

lakukan termasuk di dalamnya kemampuan pemerintah desa/kelurahan dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat menghimpun dana yang cukup untuk

menyelenggarakan pembangunan secara berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat


57
57

Kecamatan Tongauna dalam bentuk bantuan keuangan adalah partisipasi anggota

masyarakat yang secara sukarela menyumbangkan uang untuk pembangunan.

Berdasarkan data yang diperoleh pada Kantor Camat Tongauna bahwa

pembangunan yang dilaksanakan di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe

menghabiskan biaya yang cukup besar dan dana yang digunakan lebih banyak

dari swadaya masyarakat dibandingkan dengan dana yang berasal dari bantuan

Inpres Kecamatan. Sesuai dengan penjelasan pak camat Tongauna yakni:

“…dalam pembangunan juga kami biasanya menyampaikan kepada


masyarakat bahwa bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi untuk
pembangunan dapat membantu dalam bentuk bantuan keuangan dalam bentuk
swadaya masyarakat, namun kami tidak memaksakan, hal ini karena kami tidak
bisa mengharap sepenuhya terhadap dana yang ada dari kabupaten. Respon
masyarakat yang kami liat cukup baik.” (wawancara tanggal 21 November
2015).

Untuk mengetahui lebih jelas partisipasi masyarakat dalam bentuk bantuan

keuangan di Kecamatan Tongauna dapat di lihat pada tabel 4.3.2.

Tabel 4.3.2
Partisipasi Masyarakat Dalam Bentuk Bantuan Keuangan Di Kecamatan
Tongauna
Partisipasi Responden Frekuensi Persentase
Sangat Sering 18 41,38
Sering 25 43,11
Jarang 10 11,49
Tidak Pernah 7 4,02
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer di Olah Tahun 2015

Data pada tabel 4.3.2 memberikan gambaran tentang tingkat partisipasi

masyarakat dalam bentuk bantuan keuangan. Responden lebih banyak

memberikan penilaian sering yaitu sebanyak 25 responden dan didukung oleh

jumlah skor yang dicapai 2,9 itu berarti berada pada kategori sedang. Oleh sebab
58
58

itu, dapat dikatakan masyarakat sadar akan pentingnya pembangunan, karena

tanpa adanya swadaya dari masyarakat dan hanya mengandalkan bantuan

Kecamatan maka pembangunan tidak akan berjalan lancar.

Adapun masyarakat yang tidak pernah memberikan bantuan keuangan

untuk membangun, menurut beberapa responden karena kebutuhan hidup mereka

lebih tinggi jika dibandingkan dengan penghasilan mereka yang rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui responden dalam penelitian serta

pengalaman langsung peneliti, diketahui bahwa partisipasi dalam bentuk bantuan

keuangan mencapai frekuensi sedang karena untuk menyumbang dalam bentuk

bantuan keuangan sangat mudah prosedurnya dan tidak banyak menyita waktu

maupun tenaga. Kenyataan seperti itu memberikan indikasi bahwa partisipasi

masyarakat dalam bentuk bantuan keuangan sebagai suatu bagian partisipasi

masyarakat dalam proses pembangunan menunjukkan bahwa kesadaran akan

pembangunan membutuhkan dana yang cukup.

4.3.3 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Material

Dana merupakan salah satu penggerak utama yang menentukan dalam

penyelengaraan pembangunan, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah

sumbangan masyarakat dalam bentuk bantuan material. Tidak semuanya

masyarakat menyumbang dalam bentuk bantuan keuangan tetapi ada juga

masyarakat yang berpartisipasi dalam bentuk bantuan materialseperti batu, pasir,

semen, kayu balok, kayu papan bahkan ada masyarakat yang menyumbangkan
59
59

kedua-duanya (uang atau material). Hal ini didasari karena adanya rasa tanggung

jawab masyarakat terhadap pembangunan yang dilaksanakan di daerahnya.

Bantuan material biasanya dilakukan secara langsung. Dimana bantuan

material tersebut diperuntukkan untuk pembangunan yang bersifat fisik seperti

pembangunan masjid, jembatan, perbaikan jalanan dan sarana-sarana umum

lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut partisipasi masyarakat dalam bentuk

bantuan material dapat dilihat pada tabel 4.3.3.

Tabel 4.3.3
Partisipasi Masyarakat Dalam Bentuk Bantuan Material Di Kecamatan
Tongauna
Patisipasi Responden Frekuensi Persentase
Sangat Sering - -
Sering - -
Jarang 45 85,71
Tidak Pernah 25 14,29
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer Di Olah Tahun 2015

Dengan melihat pada tabel 4.3.3 tentang partisipasi masyarakat dalam

bentuk bantuan material di Kecamatan Tongauna, dari 60 responden, yang

menjawab sangat sering tidak ada. Responden lebih banyak menjawab jarang

yaitu 45 responden dengan persentase 85,71%, sedangkan skor yang dicapai

adalah 1,75 berarti berada pada kategori rendah.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam bentuk bantuan material berada

dalam kategori rendah, karena berdasarkan wawancara langsung dengan

responden mengatakan bahwa masyarakat lebih banyak menyumbangkan dalam

bentuk bantuan keuangan. Alasan lain yang diungkapkan responden bahwa untuk

menyumbang dalam bentuk bantuan material prosedurnya agak dan menyita


60
60

waktu dan tenaga. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh bapak Basrin

yang mengatakan bahwa:

“…jarang sekali masyarakat yang memberikan sumbangan dalam bentuk


bantuan material. Mereka lebih memilih memberikan uang, karena mereka
tidak repot. Namun ada juga yang memang memberikan material seperti kayu,
pasir, batu dan lain-lain…” (wawancara tanggal 21 November 2015).

4.3.4 Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Tenaga

Salah satu bentuk partisipasi dalam proses pembangunan yang merupakan

wujud dari rasa tanggung jawab masyarakat adalah ada sikap mendukung

terhadap proses pembangunan antara lain ditunjukkan melalui partisipasi aktif

atau tenaga. Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu masyarakat tidak semua

berpartisipasi secara penuh, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

kemampuan, perbedaan antara anggota masyarakat yang satu dengan yang

lainnya. Partisipasi tenaga yang dimaksudkan disini adalah bagaimana masyarakat

terlibat secara langsung atau fisik dalam pelaksanaan pembangunan.

Menurut hasil pengamatan bakti atau gotong royong sekali dalam

seminggu atau minimal dua kali dalam sebulan. Adapun kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan yaitu seperti membersihkan saluran air, perbaikan jalan,

membersihkan kantor Kecamatan, serta kegiatan yang membutuhkan partisipasi

langsung masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat

menjelaskan bahwa:

“…kalau partisipasi masyarakat dalam pembangunan itu biasanya membantu


pembersihan atau kerja bakti daerah yang akan di bangun. Tapi terkadang
hanya orang-orang yang ada disekitar daerah itu yang hadir yang lain tidak.
Begitu juga kalau di daerah mereka kami juga kadang tidak datang…”
(wawancara 21 November 2015).
61
61

Waktu yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan kerja bakti atau

gotong royong hanya dua sampai tiga jam saja dan setelah itu mereka melanjutkan

pekerjaan rutin mereka seperti turun ke sawah dan ke kebun. Untuk mengetahui

partisipasi masyarakat Kecamatan Tongauna dalam bentuk bantuan tenaga dapat

dilihat pada kegiatan-kegiatan kerja bakti. Seperti data yang diperoleh melalui

responden, diketahui bahwa kegiatan yang melibatkan tenaga masyarakat seperti

gotong royong dalam membersihkan saluran air, perbaikan langsung masyarakat.

Partisipasi pembangunan tidak hanya pada saat pelaksanaan. Tapi juga

perawatan dan pemeliharan bangunan juga tetap merupakan partisipasi dari

pembangunan. Gambaran jelas tentang partisipasi masyarakat secara langsung

atau fisik dapat dilihat pada tabel 4.3.4 yakni menggambarkan tentang bagaimana

tingkat partisipasi dalam bentuk pembangunan fisik.

Tabel 4.3.4
Partisipasi Dalam Bentuk Bantuan Tenaga Di Kecamatan Tongauna
Partisipasi Responden Frekuensi Persentase
Sangat Sering 20 42,10
Sering 30 47,37
Jarang 10 10,53
Tidak pernah - -
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah Tahun 2015

Tabel 4.3.4 menunjukkan partisipasi masyarakat dalam bentuk bantuan

tenaga. Dari 60 responden yang memberikan jawaban, 30 responden menjawab

sering. Hal ini didukung oleh jumlah skor yang dicapai yaitu 3,17 yang berarti

dalam kategori tinggi. Ini disebabkan karena adanya kesadaran yang cukup tinggi
62
62

dari masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam bentuk bantuan tenaga

untuk pembangunan kecamatan.

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti data yang diperoleh melalui

responden dalam penelitian ini diketahui bahwa partisipasi dalam bentuk bantuan

tenaga yang sifatnya seperti gotong royong adalah merupakan suatu tradisi yang

sudah turun-temurun bagi masyarakat kecamatan/desa. Alasan lain adalah adanya

suatu kebersamaan bagi masyarakat untuk membangun daerahnya.

Berdasarkan penguraian tentang empat bentuk partisipasi masyarakat

tersebut, maka secara umum dapat kita menganalisa bagaimana tingkat partisipasi

masyarakat Kecamatan Tongauna dalam menunjang pembangunan desa dengan

mengukur partisipasinya dalam bentuk sumbangan ide/pikiran, bantuan keuangan,

bantuan material dan bantuan tenaga yang disebutkan terdahulu. Untuk lebih

jelasnya bagaimana tingkat partisipasi masyarakat tersebut, dapat kita lihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.3.5
Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
Bentuk Partisipasi Skor
Ide-Ide/Pikiran 2,78
Keuangan 2,9
Material 1,75
Tenaga 3,17
Jumlah 10,6
Skor Rata – Rata 2,65
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2015
63
63

Tabel 4.3.5 menunjukkan bahwa skor tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan di Kecamatan Tongauna yang mencapai posisi paling tinggi adalah

partisipasi dalam bentuk bantuan tenaga, dimana rata-rata skornya mencapai 3,17.

Ini menandakan bahwa ada masyarakat yang tidak mampu menyumbang dalam

bentuk bantuan keuangan karena faktor pendapatan tetapi dia dapat berpartisipasi

dalam bentuk bantuan tenaga, menyusul partisipasi dalam bentuk bantuan

keuangan dengan rata-rata skor 2,9. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian

besar masyarakat lebih menyukai menyumbang dalam bentuk bantuan keuangan

maka prosesnya akan lebih mudah dibanding dengan material, kemudian

partisipasi dalam bentuk non fisik melalui pemberian ide-ide/saran dengan rata-

rata 2,78 dan yang paling rendah adalah partisipasi dalam bentuk bantuan material

dengan mencapai skor 1,75.

Berdasarkan hasil penelitian beberapa responden mengatakan bahwa

partisipasi dalam bentuk bantuan material terkesan rumit dan melalui proses yang

lama. Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di

Kecamatan Tongauna dalam pembangunan adalah tergolong sedang yakni

mencapai rata-rata skor sebesar 2,65 yang berarti harus ada perhatian yang lebih

maksimal terhadap pembangunan di Kecamatan Tongauna agar dimasa yang akan

datang lebih dari sebelumnya. Hal ini sejalan dengan ungkapan dari Bapak Camat

Tongauna yang memang mengatakan bahwa:

“…kalau ditanyakan tentang bagaimana masyarakat tanggap terhadap


pembangunan yang ada saya katakan bahwa partisipasinya memang tidak
terlalu besar namun tidak boleh juga dikatakan kecil. Saya melihat warga
masyarakat saya memiliki partisipasi yang baik…mereka masih mau
64
64

membantu pemerintah untuk membangun daerahnya…”(wawancara 19


November 2015).
4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan tidak hanya merupakan

usaha pemerintah semata atau masyarakat saja, akan tetapi suatu kegiatan bersama

yang hasilnya diharapkan dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi

seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan pembangunan Kecamatan Tongauna

merupakan cermin dari keberhasilan pembangunan nasional, karena itu titik berat

pembangunan nasional diletakkan pada pembangunan kecamatan. Apabila

pembangunan tersebut dilaksanakan diwilayah kecamatan, maka sudah jelas

bahwa partisipasi masyarakat kecamatanlah yang menjadi kunci keberhasilannya.

Namun demikian peran serta masyarakat dalam proses pembangunan

tentunya banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keterlibatannya dalam

pembangunan. Menurut penulis faktor yang mempengaruhi peran serta

masyarakat dalam pembangunan di Kecamatan Tongauna adalah faktor

pendukung yang meliputi faktor kesadaran/kemauan, ikut-ikutan dan adanya

dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat, sedangkan faktor penghambat

meliputi tingkat pendidikan yang rendah, tingkat penghasilan yang rendah dan

terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan.


65
65

4.4.1 Faktor Pendukung Meliputi:

4.4.1.1 Faktor Kesadaran/Kemauan

Keikutsertaan dalam suatu kegiatan pembangunan bukan timbul begitu

saja akan tetapi karena adanya yang mendorongnya untuk partisipasi. Salah satu

diantaranya adalah faktor kesadaran masyarakat itu sendiri.

Apabila warga masyarakat sudah sadar mengenai arti pentingnya

pembangunan itu, maka jelas mereka juga akan lebih banyak melibatkan diri

didalamnya. Hal ini dimaksudkan agar apa yang menjadi cita-cita pembangunan

dapat tercapai yakni memberikan hidup sejahtera kepada semua warga

masyarakat, demikian pula halnya dengan warga masyarakat Kecamatan

Tongauna yang merupakan lokasi penelitian ini. Untuk melihat bagaimana

kesadaran masyarakat Kecamatan Tongauna dalam pelaksanaan pembangunan

dapat dilihat pada tabel 4.4.1.1

Tabel 4.4.1.1
Faktor Pendukung Masyarakat Untuk Berpartisipasi Dalam Pembangunan Di
Kecamatan Tongauna
Faktor Pendukung Frekuensi Persentase (%)
Kesadaran Pribadi 36 60
Ikut-ikutan Pengaruh - -
Orang Lain 15 25
Pemerintah 9 15
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Diolah 2015

Dari tabel 4.4.1.1 diperoleh gambaran bahwa masyarakat Kecamatan

Tongauna berpartisipasi dalam pembangunan disegala bentuk (ide/pikiran,

keuangan, material, dan tenaga) adalah merupakan bagian besar dari kesadaran

yang dimiliki oleh masyarakat. Dimana terlihat bahwa kesadaran pribadi yang
66
66

mendorong untuk berpartisipasi dalam pembangunan mencapai frekuensi yang

tinggi yaitu sebanyak 36 orang lain hanya mencapai 15 orang, sedangkan karena

pemerintah yang memberikan dorongan mencapai frekuensi 9 orang dan tidak ada

seorang responden pun menyumbang hanya karena ikut-ikutan, hal ini

membuktikan bahwa masyarakat telah mengetahui dengan jelas mengenai

pentingnya partisipasi dalam pembangunan. Alasan responden memberikan

jawaban faktor kesadaran pribadi yang merupakan pendorong masyarakat untuk

partisipasi dalam pembangunan karena adanya suatu kepedulian atau kesadaran

untuk ikut terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

pembangunan tersebut. Sesuai dengan hasil wawancara yakni menggambarkan

bahwa:

“…alasan kami ikut berpartisipasi karena kami masih punya rasa solidaritas
yang tinggi sesama warga masyarakat untuk saling membantu. Kami juga
memang terbiasa akan kerja gotong royong. Tapi terkadang terkendala karena
ada yang kerja…” (wawancara tanggal 19 November 2015)
4.4.1.2 Usia

Perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam

masyarakatterdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senoritas,

sehingga akan memunculkangolongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda

dalam hal-hal tertentu, misalnyamenyalurkan pendapat dan mengambil keputusan.

Usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi, dalam hal ini

golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak

memberikan pendapat dalam hal menetapkan keputusan. Untuk melihat


67
67

bagaimana usia masyarakat di Kecamatan Tongauna dalam pelaksanaan

pembangunan dapat dilihat pada tabel 4.4.1.2

Tabel 4.4.1.2
Menurut Umur Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Umur Frekuensi %
1 < 30 tahun 9 15
2 30-50 tahun 41 68,33
3 > 50 tahun 10 16,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Pada tabel di atas memberikan gambaran mengenai keadaan serta

perkembangan penduduk di Kecamatan Tongauna, nampak umur 30-50 tahun

merupakan kelompok umur yang terbanyak dibanding kelompok umur lainnya

yaitu 41 orang dengan persentase 68,33% yang terdiri dari laki-laki 30 orang dan

perempuan 11 orang.

4.4.1.3 Jenis Kelamin

Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam

pembangunanadalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan

sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan

derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara

pria dan wanita. Golongan priamemiliki hak istimewa dibandingkan golongan

wanita.

Dengan demikian makakecenderungannya, kelompok pria akan lebih

banyak berpartisipasi. Untuk melihat bagaimana jenis kelamin masyarakat di


68
68

Kecamatan Tongauna dalam pelaksanaan pembangunan dapat dilihat pada tabel

4.4.1.3

Tabel 4.4.1.3
Menurut Jenis Kelamin Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-Laki 48 80
2 Perempuan 12 20
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Pada tabel diatas menunjukkan distribusi responden, berdasarkan jenis

kelamin berjumlah 60 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 48 orang atau

80%, sedangkan perempuan berjumlah 12 orang atau 20% sehingga dapat

dikatakan bahwa didominasi oleh responden laki-laki karena masyarakat yang

dipilih hanya sebagian kecil perempuan.

4.4.1.4 Pendidikan

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya berbagai perubahan adalah

karena faktor pendidikan. Jika dihubungkan dengan tingkat pendidikan dengan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka kenyataan menunjukkan

adanya hubungan yang erat. Masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

biasanya mempunyai perhatian yang besar terhadap kegiatan-kegiatan

pembangunan yang dilakukan, baik pembangunan yang dilakukan pemerintah

maupun yang merupakan swadaya masyarakat.

Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa betapa besar pengaruh

pendidikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan

dalam bentuk ide dan pikiran biasanya dikeluarkan oleh orang-orang yang
69
69

memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. terhadap partisipasinya dalam

pembangunan yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

semakin tinggi pula partisipasinya dalam pembangunan, khususnya dalam

pemberian ide-ide/pikiran.

Pembangunan dalam bentuk ide dan pikiran biasanya dikeluarkan oleh

orang-orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan juga

banyak di antara yang hadir dalam rapat-rapat pembahasan pembangunan yakni

orang-orang yang memiliki pendidikan yang tinggi sesuai dengan ungkapan bapak

Rahmat mengenai pembangunan Kecamatan Tongauna.

“….orang-orang yang datang saat pembahasan pembangunan yang terkadang


lebih banyak yakni orang-orang yang mengerti. Dan juga orang-orang yang
mampu bicara. Dan dari data yang kami peroleh memang mereka termasuk
kategori orang yang berpendidikan….”(wawancara 20 November 2015).
Untuk melihat bagaimana pendidikan masyarakat di Kecamatan Tongauna dalam

pelaksanaan pembangunan dapat dilihat pada tabel 4.4.1.4

Tabel 4.4.1.4
Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Tingkat Pendidikan Frekuensi %
1 SD 7 11,67
2 SMP 11 18,33
3 SMA 20 33,33
4 Diploma 9 15
5 Sarjana 13 21,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Berdasarkan pada tabel di atas, di jelaskan bahwa tingkat pendidikan

masyarakat di Kecamatan Tongauna beragam dari mereka yang tamat SMA

sebanyak 20 orang dengan persentase 33,33% dan masyarakat yang berpendidikan


70
70

SD sebanyak 7 orang dengan persentase 11,67%. Hal ini disebabkan karena

masyarakat di Kecamatan Tongauna sudah cukup memahamiarti sebuah

pendidikan, dari segi pengalaman diharapkan dapat memberikan informasi secara

obyektif. Tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap

pelaksanaan Pembangunan karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh seseorang maka makin besar pula sumbangsi pemikiran yang

diberikan dalam pelaksanaan pembangunan.

4.4.1.5 Penghasilan

Setelah mengetahui bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh

terhadappartisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka berikut ini akan

diterangkan pula bagaimana pengaruh penghasilan/pendapatan dalam

pembangunan, khususnya dalam bentuk bantuann keuangan. Berdasarkan

penghasilan masyarakat di kecamatan Tongauna yang berbeda-beda, maka sangat

memungkinkan pula partisipasinya dalam pembangunan berbeda-beda. Samping

penghasilan/pendapatannya yang tidak sama juga tingkat kesibukannya

(waktu/kerja) berbeda-beda pula, semua itu dapat mengurangi partisipasinya

dalam pembangunan.

Hal tersebut adalah merupakan pantauan penulis selama melakukan

penelitian yang ditegaskan oleh beberapa responden yang diinterview secara

langsung.Sesuai dengan penjelasan dari bapak Iksan (Lurah Mataiwoi) yang

mengatakan:
71
71

“…kebanyakan jika di tinjau dari partisipasi masyarakat dalam bentuk uang


kebanyakan dari masyrakat yang berpenghasilan lebih, atau dikatakan orang
berada. Jika orang-orang yang berpenghasilan rendah terkadang lebih memilih
menyumbangkan tenaga mereka guna pembangunan…” (Wawancara tanggal
17 November 2015).
Menurut keterangan dari beberapa responden, maka diketahui bahwa

penyebab perbedaan tingkat partisipasi adalah perbedaan jumlah penghasilan dan

kestabilan dari pada masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi penghasilan seseorang

maka memungkinkan untuk partisipasi dalam pembangunan semakin tinggi pula,

akan tetapi jika penghasilan/ pendapatan tidak stabil atau tidak rutin maka jelas

akan menghambat orang untuk partisipasi, alasan yang lain diperoleh penulis

sehingga responden jarang atau tidak pernah berpartisipasi dalam bentuk bantuan

keuangan karena biasanya perhitungan hidupnya lebih tinggi jika dibandingkan

dengan penghasilan.Untuk melihat bagaimana penghasilan masyarakat di

Kecamatan Tongauna dalam pelaksanaan pembangunan dapat dilihat pada tabel

4.4.1.5

Tabel 4.4.1.5
Menurut Penghasilan Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Tingkat Penghasilan Frekuensi %
1 < 500.000 28 46,67
2 500.000 - 2.000.000 14 23,33
3 > 2.000.000 18 30
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Karasteristik responden berdasarkan penghasilan sesuai dengan tabel

4.4.1.5 responden yang memiliki penghasilan kurang dari Rp.500.000 yaitu

sebanyak 28 orang dengan persentase 46,67%, sedangkan responden yang yang


72
72

berada pada interval penghasilan Rp.500.000 sampai dengan Rp.2.000.000

sebanyak 14 orang dengan persentase 23,33% dan responden yang berpenghasilan

di atas Rp. 2.000.000 sebanyak 18 orang dengan persentase 30%.Jumlah

pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap keaktifan memberikan sumbangan

dalam bentuk bantuan keuangan.

4.4.1.6 Lamanya Tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa

memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang

besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.Untuk melihat seberapa lama

masyarakat tinggal di Kecamatan Tongauna dalam pelaksanaan pembangunan

dapat dilihat pada tabel 4.4.1.6

Tabel 4.4.1.6
Berdasarkan Menetapnya Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Lama Tinggal Frekuensi %
1 < 5 tahun 12 20
2 5 - 20 tahun 23 38,33
3 > 20 tahun 25 41,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Pada tabel di atas memberikan gambaran mengenai lamanya tinggal

masyarakat di Kecamatan Tongauna, dapat dilihat masyarakat yang telah menetap

lebih dari 20 tahun sebanyak 25 orang dengan persentase 41,67%, sedangkan

masyarakat yang baru menetap kurang dari 5 tahun sebanyak 12 orang dengan
73
73

persentase 20%. Menetapnya masyarakat di Kecamatan Tongauna tersebut sangat

berpengaruh terhadap keaktifan masyarakat dalam menyumbangkan bantuan

tenaga dan sumbangan pikiran/ide.

4.4.1.7 Adanya Dukungan Dari Pemerintah Daerah Dan Masyarakat

Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa partisipasi masyarakat

dan pembangunan di Kecamatan Tongauna pada khususnya tidak timbul begitu

saja melainkan terpengaruh oleh beberepa faktor dan salah satunya adalah

dukungan pemerintah setempat dan masyarakat. Karena masyarakat adalah

merupakan paduan dari beberapa individu yang mempunyai sifat/karakter yang

berbeda-beda, maka untuk memadukannya diperlukan suatu kekuatan yakni

kemampuan pendinamisan oleh pimpinan pemerintah, dalam hal ini adalah

pemerintah Kecamatan. Kepemimpinan yang baik dan mampu menyatu dengan

karakter masyarakat yang dipimpin dalam membina dan mengarahkan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Tetapi akan terjadi sebaliknya jika kepemimpinan yang diterapkan oleh

pemerintah bertentangan dengan sifat dan karakter dari masyarakat yang

dipimpinnya. Untuk melihat dukungan pemerintah daerah dalam mendorong

partisipasi masyarakat di Kecamatan Tongauna, dapat dilihat pada tabel 4.4.1.7


74
74

Tabel 4.4.1.7
Dukungan Pemerintah Dengan Partisipasi Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
Tanggapan Responden Frekuensi Persentase
Sangat berpengaruh 15 25
Berpengaruh 39 65
Kurang berpengaruh 6 10
Tidak berpengaruh - -
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan data pada tabel 4.15 diketahui bahwa responden yang

mengatakan bahwa dukungan pemerintah berpengaruh terhadap berpartipasi

masyarakat menempati frekuensi tertinggi sebanyak 39 responden dan jumlah

skor yang dicapai 3,15 berarti berada kategori tinggi. Oleh sebab itu, keberhasilan

pembangunan tidak hanya dilihat dari partisipasi masyarakat tetapi juga

kepemimpinan Pemerintah setempat dalam hal ini kepala Kecamatan dan

aparatnya. Berhasilnya masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan diperlukan

adanya kepemimpinan yang dapat menyatu dengan sikap dan karakter masyarakat

setempat, karena dengan kepemimpinan yang baik dan terarah oleh pemerintah

maka jelas akan mendorong masyarakat untuk patuh dan taat kepada pemerintah

dan kebijaksanaan dalam pembangunan akan dilaksanakan dengan baik tanpa

merasa unsur paksaan atau keterpaksaan.

4.4.1.8 Peralatan/Fasilitas

Dalam pelaksanaan tugas kepala Kecamatan dan perangkatnya,

dibutuhkan kantorKecamatan yang merupakan tempat untuk melaksanakan tugas

pengelolaan, pelaporan, pencatatan dan berbagai kegiatan lainnya.


75
75

4.4.2 Faktor Penghambat Meliputi:

4.4.2.1 Pola Pikir Masyarakat

Pola pikir masyarakat yang masih “masa bodoh” yang merasa

pembangunan merupakantanggung jawab pemerintah merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

khususnya pembangunan fisik.Untuk melihat pola pikir masyarakat dalam

menghambat partisipasi masyarakat di Kecamatan Tongauna, dapat dilihat pada

tabel 4.4.2.1

Tabel 4.4.2.1
Berdasarkan Pola Pikir Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Pola Pikir Frekuensi %
1 Masa Bodoh 20 33,33
2 Kurang Antusias 40 66,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Berdasarkan tabel di atas memberikan gambaran bahwa pola pikir

masyarakat di Kecamatan Tongaunayang menghambat pembangunan di

Kecamatan tersebut bahwa untuk masyarakat yang kurang antusias sebanyak

40orang dengan persentase66,67%, sedangkan masyarakat yang bermasa bodoh

sebanyak 20 orang dengan persentase 33,33%. Kondisi seperti ini akan

menghambat partisipasi masyarakat dalam suatu pembangunan, khususnya

pembangunan fisik.
76
76

4.4.2.2 Waktu

Masyarakat akan meluangkan waktunya untuk proyek/suatu pembangunan

apabila merekamerasa bahwa proyek berguna.Untuk melihat waktu luang

masyarakat dalam pembangunan di Kecamatan Tongauna, dapat dilihat pada tabel

4.4.2.2

Tabel 4.4.2.2
Berdasarkan Waktu Luang Masyarakat Di Kecamatan Tongauna
No Waktu Luang Frekuensi %
1 Jarang 32 53,33
2 Tidak ada 28 46,67
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masyarakat yang hanya

meluangkan waktunya untuk suatu pembangunan jika pembangunan tersebut

untuk desa mereka sendiri, dapat di lihat masyarakat yang jarang memiliki waktu

luang terhadap proses pembangunan sebanyak 32 orang dengan persentase

53,33%, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki waktu luang sebanyak 28

orang dengan persentase 46,67%.

4.4.2.3 Terbatasnya Lapangan Pekerjaan Di Pedesaan

Dominasi sektor pertanian sebagai mata pencaharian penduduk dapat

terlihat nyata di daerah pedesaan, sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di

daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan

usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan

jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas

usaha dan mata pencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha
77
77

pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak

langsung ada kaitannya dengan pertanian.

Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada,

akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian belum

mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik.Kondisi

ini mendorong sebagian penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di

luar desanya, sehingga mendorong mereka untuk migrasi dari daerah pedesaan

menuju daerah lain terutama daerah perkotaan.

Daerah perkotaan dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang

untuk bekerja dan berusaha.Untuk melihat lapangan pekerjaan masyarakat di

Kecamatan Tongauna, dapat dilihat pada tabel 4.4.2.3

Tabel 4.4.2.3
Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Tongauna
No Peluang Kerja Frekuensi %
1 Dalam Daerah 25 41,67
2 Luar Daerah 35 58,33
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Di Olah 2015

Berdasarkanpada tabel diatas digambarkan mengenai lapangan pekerjaan

di pedesaan Kecamatan Tongauna, bahwa masyarakat yang bekerja di luar daerah

sebanyak 35 orang dengan persentase 58,33%, sedangkan di dalam daerah

sebanyak 25 orang dengan persentase 41,67%. Kondisi ini menyebabkan

rendahnya tingkat partisipasi masyarakat.


78

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai partisipasi

masyarakat dalam menunjang pembangunan desa di Kecamatan Tongauna

Kabupaten Konawe, maka dapat disimpulkan bahwa :

Tingkat partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan desa di

Kecamatan Tongaunameliputi: Tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan yang berbentuk sumbangan ide termasuk kategori cukup baik, hal

ini dilihat dari keaktifan masyarakat dalam memberikan ide saat kegiatan

Musrembang. Kemudian tingkat partisipasi dalam pembangunan yang berbentuk

bantuan keuangan termasukjuga kategori cukup baik, dapat dilihat dari jumlah

masyarakat yang secara suka rela memberikan bantuan keuangan pada saat proses

pembangunan. Selanjutnya tingkat partisipasi masyarakat dalam bentuk bantuan

material termasuk kategori rendah, hal ini dikarenakanmasyarakat sebagian besar

tidak memiliki bahan material yang dapat digunakan dalam pembangunan sarana

dan prasarana fisik. Dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang

berbentuk bantuan tenaga berada pada kategori sangat baik. Artinya bahwa

masyarakat dalam keterlibatannya sebagai subjek pembangunan diwujudkan

dalam bentuk tenaga/fisik. Hal ini sesuai dengan kondisi fisik masyarakat yang

potensial kuat dan rata-rata usia yang masih relatif muda, serta sebagian besar

adalah wiraswasta dan petani yang memiliki waktu luang yang cukup.

78
79

Berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat dari keempat kategori tersebut

diatas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam

menunjang pembangunan desa di Kecamatan Tongauna adalah tergolong cukup

baik.

Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa di Kecamatan Tongauna antara lain faktor pendukung, antara

lain kesadaran pribadi yang merupakan pendorong masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembangunan karena adanya kepedulian untuk ikut terlibat

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan tersebut, dan di

dukung dengan sumbangan ide/pikiran serta bantuan keuangan. Sedangkan faktor

penghambat, antara lain masih rendahnya pola pikir masyarakat, waktu serta

terbatasnya lapangan pekerjaan. Hal ini mendorong sebagian masyarakat

kesehariannya tidak berada di desanya karena sedang mencari kerja atau bekerja

didaerah lain. Kondisi tersebut dapat menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi

masyarakat.

5.2. Saran

Melihat tingkat partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan

desa di Kecamatan Tongauna yang kategorinya cukup baik,maka pemerintah

Kecamatan Tongaunamemberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih

cara bagaimana mereka mau berpartisipasi dalam pembangunan. Disamping itu,

perlu melakukan pembinaan secara intensif khususnya pada masyarakat yang

masih kurang aktif dalam berpartisipasi pada pembangunan di wilayah mereka.


DAFTAR PUSTAKA
Abe, Alexander.2001. Perencanaan Daerah: Memperkuat Prakarsa Rakyat
Dalam Otonomi Daerah. Lapera Pustaka Utama. Yogyakarta.

Anonim. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintah Daerah.

Badan Pusat Statistik. 2014. Konawe dalam Angka 2014. Konawe: Badan Pusat
Statistik

Bratakusumah, D.S. 1991.Implikasi Undang-Undang Otonomi Daerah Terhadap


Pembangunan Daerah. Bandung.

Beratha, I Nyoman. 1981. Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Ghalia


Indonesia. Jakarta.

Cohen & Uphoff. 1990. The Amaquity Of Participation. Third World Quarterly.
New York.

Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. UGM, Yogyakarta.

Gunawan, Edi. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


Masyarakat dalam Kegiatan Pembangunan Di Kepenghuluan Tanjung
Leban Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Skripsi. Universitas
Hasanuddin. Dipublikasikan.

Kansil, C.S.T. 1991. Pokok-Pokok Pemerintah Di Daerah. Tarsito. Bandung.

Kartasasmita, G. 1991. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang


Berakar Pada Masyarakat. ITB. Bandung.

Kuncoro, Mudjarad. 2010. Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan, UPP STIM


YKPN Yogyakarta.

Mansour, Fakih. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Cetakan


Pertama. Pustaka Pelajar-Yogyakarta.

Mulyana, Sugih. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di


Desa Banjar Panjang Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Tesis.
Universitas Padjadjaran. Dipublikasikan.

Ndaraha, Talizuduhu. 1980. Hubungan Antara Partisipasi dan Hasil-Hasil


Pembangunan. Yayasan Karya Darma II P. Jakarta.
Pemerintah Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe. 2008. Kebijakan
Pemerintah Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe Dalam Proses
Pemberdayaan Masyarakat, Makalah Kepala Badan Pemberdayaan
Masyarakat. Kendari.

Rahardjo, Dawan. 1978. Seminar Nasional Pembangunan Desa Makalah


Prasarana. Yayasan Filsafat. Universitas Gadjah Mada.

Ross, J. 1967. Personal Religious Orientation and Prejudice. Journal of


Personality and Social. Psychology, 5, 432-443.

Sondang P. Siagian. 1996. Fungsi-Fungsi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.


Sumaryadi, I Nyoman. 2010. Sosiologi Pemerintahan. Penerbit: Ghalia
Indonesia, Bogor.
Sumodiningrat, Gunawan. 1991. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta.
Sutami. 2009. Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Prasarana
Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(PPMK) Di Kelurahan Marunda Jakarta Utara. Tesis. Universitas
Diponegoro. Dipublikasikan.

Syafiie, Inu Kencana. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Aditama.

Tikson, D. 2001. Ekonomi Terpadu dan Partisipasi Pembangunan Masyarakat


Materi Kuliah Program Pascasarjana Unhas, Makassar. Tidak di
publikasikan

Tjokroamidjojo, B, dan Musropadidjaja. 1998. Teori dan Strategi Pembangunan


Nasional. Gunung Agung, Jakarta.

Usman, Suntoyo. 2003. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan


II, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Wresniwiro. 2012. Membangun Republik Desa. Visimedia. Jakata.

Zain, Badudu. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan Desa
Di Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe
Identitas Responden :
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda silang (X) mengenai jawaban yang anda pilih
2. Identitas anda/responden kami jamin kerahasiannya
Pertanyaan :
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara, tentang bentuk partisipasi
masyarakatyang sering dilakukan masyarakat desa padapelaksanaan
pembangunan desa?
a. Sumbangan pemikiran atau ide-ide
b. Bantuan tenaga
c. Bantuan keuangan dan material
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara,pernah menyumbangan ide-ide dalam rapat
yang membahas pembangunan desa?
a. Pernah memberikan
b. Jarang memberikan
c. Tidak pernah
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara, sering memberikan bantuan keuangan setiap
dilakukannya pembangunan desa ?
a. Iya
b. Jarang
c. Tidak
4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara, tentang partisipasi masyarakat
dalam menyumbangkan pemikiran atau ide-ide dalam pelaksanaan
pembangunan desa?
a. Antusias
b. Masa bodoh
c. Malu-malu
5. Bagaimana Menurut Bapak/Ibu/Saudara, tentang bantuan tenaga masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan desa?
a. Membantu
b. Cukup membantu
c. Kurang membantu
6. Kapan menurut Bapak/Ibu/Saudara, siap memberikan bantuan tenaga dalam
pelaksanaan pembangunan desa?
a. Kapan saja
b. Bila ada waktu
c. Malas
7. Berapa banyak Bapak/Ibu/Saudara, memberikan bantuan keuangan dalam
bentuk partisipasi masyarakat ?
a. Seikhlasnya
b. Ragu-ragu
c. Tidak ada
8. Apa saja yang sering Bapak/Ibu/Saudara, sumbangkan dalam bentuk
bantuan material pada pelaksanaan pembangunan desa ?
a. Semen atau batu karang
b. Pakaian
c. Makanan
9. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara, dalam memberikan material pada
pelaksanaan pembangunan desa ?
a. Membantu
b. Cukup membantu
c. Tidak membantu
10. Apakah Bapak/Ibu/Saudara, pernah memberikan bantuan material seperti
semen, batu karang dan lain-lain dalam pelaksanaan pembangunan desa?
a. Iya
b. Jarang
c. Tidak
Lampiran 2

WAWANCARA

1. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam

menunjang pembangunan desa di Kecamatan Tongauna?

2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam

bentuk sumbangan ide/pikiran?

3. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam

bentuk bantuan keuangan?

4. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam

bentuk bantuan material?

5. Menurut Bapak/Ibu/Saudara,bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam

bentuk bantuan tenaga?

6. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tanggapan masyarakat terhadap

pembangunanyang di Kecamatan Tongauna?

7. Menurut Bapak/Ibu/Saudara,bagaimana tingkat kesadaran/kemauan

masyarakat dalam pembangunan?

8. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, berapa besar pengaruh pendidikan terhadap

partisipasi masyarakat dalam pembangunan?

9. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana partisipasi masyarakat jika ditinjau

dari tingkat penghasilan/pendapatan?


Daftar Pustaka
1) Abdulsyani,  Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta : IKAPI,
1994).
2) Robert M. Z. Lawang, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
3) Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
4) Sanderson Stephen K.. partisipasi Sosiologi sebuah pendekatan terhadap realitas sosial.
(Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003).
5) Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
6) Dra.MutamimahBudiwati,sosiologi,2004.yogyakarta,andi
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka
jakarta,1989.
7) prof.Dr.S.Nasution,Ma sosiologi pendidikan 2004 jakarta pt bumi aksara.
8) Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Alamiah Dasar-Ilmu Sosial
Dasar-Ilmu Budaya Dasar (Surabaya: IAIN SA Press, 2011).
9) Dutcan Mitchel (alih bahasa: Sahat Simamora), Sosiologi (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
10) Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta Aneka
Gama.
11) Soelaeman, M. Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.
12) www.wikipedia.com/.../lapisan-lapisan-dalam-masyarakat.html.

S-ar putea să vă placă și