Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi ca colon
2. Dapat mengetahui etiologi ca colon
3. Dapat mengetahui faktor-faktor berkembangnya infeksi human pappiloma virus
menjadi kanker serviks
4. Dapat mengetahui etiologi dari human pappiloma virus yang menyebabkan kanker
serviks
5. Dapat mengetahui patofisiologi dari human pappiloma virus yang menyebabkan
kanker serviks
6. Dapat mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks
7. Dapat mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
8. Dapat mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi kanker serviks
9. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang kanker serviks
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko yang lebih
besar untuk terkena kanker kolon.
4. Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial
Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial memiliki risiko
100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-nya tidak
diobati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC ( Hereditary Non
Polyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker kolorektal nonpolip yang
menurun dalam keluarga, atau sindrom Lynch.
5. Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.
6. Kebiasaan merokok
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
7. Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan risiko
terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging merah ( sapi dan kambing )
banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi daging merah berarti
akan kelebihan zat besi.
8. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna, apalagi
jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.
9. Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung bahan
pengawet.
10. Keniasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus
mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko terkena
kanker kolon.
4
2.4 Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke
hati) Japaries, 2013.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan
lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jaringan lain. Prognosis relativ baik bila lesi terbatas pada mukosa
dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek telah terjadi
mestatase ke kelenjr limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut:
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum
dan kolon).
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke
organ lain.
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa
cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus
sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut akanmengenai organ
disekitarnya.
Adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui
limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui sistem sirkulasi, maka
sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke orgab
paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak. Sel kanker
pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi tumor
(Diyono, 2013).
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis
villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis
villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis tubular
berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous berstuktur tonjolan
seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai.
5
Kedua jenis ini tumbuh menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa
tesebut akan menekan dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini
akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon.
Selain perdarahan, maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi
tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan.
Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas (ascendens dan transversum),
maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi ( feses masih mempunyai
konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah
bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila
adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang sempit
(descendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat
melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut
dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2013).
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan
genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan (adenoma)
untuk adenokarsinoma invasif. Rangkain peristiwa molekuler dan genetik yang
menyebabkan transformsi dari keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah
mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali ditemukan pada
individu dengan keluarga adenomatosa poliposis (FAP= familial adenomatous
polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivasi pnkogen c-myc
dan siklinD1, yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe ganas (Muttaqin,
2013).
6
ASUHAN KEPERAWATAN
7
c. Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami
kembung
d. Palpasi : nyeri tekan abdomen pada area lesi .
Pengkajian dianostik yang dapat membantu adalah dengan
pemeriksaan abdomen dan rektal . Prosedur pemeriksaan diagnostik
paling penting untuk kanker kolonadalah pengujian darah samar ,
enema barium ,proktosigmoidoskopi dan kolonoskopi . sebannyak
60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasidengan
sigmoidoskopi dengan biopsi atau asupan sitologi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan informasi b/d adanya intervensi kemoterapi, radioterapi
,rencana pembedahan dam rencanan perawatan rumah
2. Resiko tinggi injuri b/d anemia , pascaprosedur bedah kolektomi.
3. Nyeri b/d kerusakan integritas jaringan , respons pembedahan
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) b/d kolostomi permanen
5. Intoleransi aktivitas b/d cepat lelah , kelemahan fisik umum sekunder dari
anemia
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
makanan yang kurang adekuat
7. Resiko tinggi infeksi b/d adanya port de entree luka pascabedah
8. Kecemasan pasien dan keluarga b/d prognosis penyakit, rencana
pembedahan.
C. INTERVENSI
DX 1: Pemeriksaan informasi b/d adanya intervensi kemoterapi, radioterapi ,
rencana pembedahan, dan rencanan perawatan rumah.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi .
Kriteria hasil :
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan
8
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
pasien tentang prosedur kondisi sosial ekonomi pasien , perawat
diagnostik ,pembedahan menggunakan pendekatan yang sesuai
kolostomi sementara dan dengan kondisi individu pasien . dengan
rencana perawatan rumah mengetahui tingkat pengetahuan
tersebut . perawat dapat lebih terarah
dalam memberikan pendidikan yang
sesuai dengan pasien secara efesien
dan efektif
2 Cari sumber yang Keluarga terdekat dengan pasien perlu
meningkatkan penerimaan dilibatkan dalam pemenuhan informasi
informasi untuk menurunkan resiko misinterpretasi
terhadap informasi yang diberikan
3 Jelaskan tentang terapi Pasien perlu mengetahui bahwa
dengan kemoterapi kemoterapi diberikan sebagai pelengkap
terapi bedah dan terapi radiasi
4 Jelaskan tentang terapi radiasi Pengetahuan tentang karsinoma kolon
walaupun tidak bersifat radiosensitif dan
pada kebanyaan pasien , radiasi
eksternal memberikan efek penyusutan
tumor sehingga akan menambah
semangat pasien untuk melakukan terapi
5 Jelaskan dan lakukan
pemenuhan atau persiapan
pembedahan , meliputi :
- Diskusikan jadwal Pasien dan keluarga haru diberi tahu
pembedahan waktu dimulainya pembedahan , apabila
rumah sakit mempunyai jadwal kamar
operasi yang padat , lebih baik pasien
dan keluarga diberitahukan tentang
banyaknya jadwal operasi yang telah
ditetapkan sebelum pasien
9
dan informed consent administrasi dan mengetahui secara
finansial biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan tentang
pembedahan kolektomi atau kolostomi
oleh tim bedah dan menandatangai
informed consent
- Konfirmasi kepada
pasien tentang Perawat menginformasikan penjelasan
penjelasan yang telah ahli bedah tentang akan dilakukannya
dijelaskan oleh ahli kolostomi , hal ini penting dilakukan
bedah karna pada beberapa pasien bisa terkejut
pascabedah terdapat anus buatan pada
dinding perut yang memberikan
manisfestasi sedih pada pasien
6 - Lakukan pendidikan Manfaat dari intruksi preoperatif telah
kesehatan praoperatif dikenal sejak lama , setiap pasien
diajarkan sebagi seorang individu ,
dengan mempertimbangkan segala
keunikan ansietas , kebutuhan dan
harapan harapannya .
10
pembedahan lakukan pemberian laktasif
salin ringan dan pemberian dengan hati-
hato enema pembersih mungkin cukup
diberikan pada pasien.
11
postoperasi Tujuan peningkatan pergerakan tubuh
- Latihan tungkai secara hati-hati pada pascaoperatif
adalah untuk memperbaiki sirkulasi ,
untuk mencegah stasis vena , dan untuk
menunjang fungsi pernapasan yang
optimal.
Pasien ditunjukkan bagaimana cara
berbalik dari satu sisi khe sisi lainnya dan
cara untuk mengambil posisi lateral
.posisi ini akan digunakan pada
pascaoperatif dan dipertahankan setiap 2
jam
12 Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapat manfaat bila
kapan pasien sudah bisa mengetahui kapan keluarga mendapat
dikunjungi manfaat bila mengetahui kapan keluarga
dan temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan
13 Beri informasi tentang Manajemen nyeri dilakukan untuk
manajemen nyeri keperawatan meningkatkan kontrol nyeri pada pasien
14 Berikan informasi pada pasien Keterlibatan keluarga dan pasien dalam
dan keluarga akan menjalani melakukann perawatan rumah
perawatan rumah , meliputi : pascabedah dapat menurunkan resiko
komplikasi dan dapat meningkatkan
kemandirian dalam melakukan masalah
yang sedang dihadapi.
12
menggunakan sabun ringan dan waslap
lembap serta lembut
Sabun bertindak sebagai agen abrasif
ringan untuk mengangkat residu enzim
dari tetesan fekal . selama kulit
dibersihkan . kasa dapat digunakan
untuk menutupi stoma atau tampon
vagina dapat dimasukkan dengan
perlahan untuk mengabsorpsi kelebihan
drainase
- Ajarkan cara membuat
kantung dan memasang Stoma diukur untuk menentukan ukuran
kantung drainase kantung yang tepat ,pada kondisi klinik
banyak bungkus es panjang yang dapat
digunakan sebagai kantung stoma .
untuk membuat bundaran atau cincin
penahan perawat bisa mengidentifikasi
bekas selang infus , sedangkan untuk
mengikat atau menfiksasi kantung bisa
memodifikasi kasa gulung
Lubang Kantung harus sekitar 0.3 cm
lebih besar dari stoma kulit harus
dibersihkan sesuai prosedur diatas .
bundaran peristoma dipasang , iritasi
kulit ringan memerlukan taburan bedak
sebelum kantung diletakkan
15 Ajarkan cara mengirigasi Stoma pada abdomen tidak mempunyai
kolostomi otot kontrol volunter sehingga
pengosongannya dapat terjadi pada
interval waktu yang tidak teratur .
pengaturan pasase materi fekal dicapai
dengan irigasi kolostomi atau
membiarkan usus mengevakuasi secara
alami tanpa irigasi.
Perawat memperagakanpada awal
pertama dilakukan irigasi biarkan pasien
13
dan keluarga memperhatikan dan
bertanya
16 - Anjurkan mengonsumsi Diet tinggi serat dapat meningkatkan
diet serat tinggi pasase feses sehingga konsistensi feses
lembek padat berbentuk dan mudah
serta tidak menstimulasi apabila
melewati lumen intestinal pascabedah
14
sekali
- Colonscopy 1 tahun pembedahan
dan setiap 3 tahun setelah itu
- Tes untuk okultisme darah dalam
feses setiap tahun diikuti oleh
kolonscopi jika hasil tes positif
- Pengukuran tingkat
carcinoembryonic antigen (CEA)
untuk menguji kambuhnya kanker
setelah operasi
18 Anjurkan untuk masuk Hidup dengan kondisi kanker
kelompok pendukung dan memberikan banyak tantangan baru .
konseling baik untuk pasien dan keluarga . pasien
mungkin mempunyai banyak
kekhawatarin tentang bagaimana kanker
akan berpengaruh anda dan kemampuan
anda untuk normal hidup , yaitu untuk
merawat keluarga dan rumah anda ,
untuk menyimpan pekerjaan anda , dan
untuk melanjutkan persahabatan dan
aktivitas yang anda nikmati . banyak
orang merasa cemas dan depresi .
beberapa orang merasa marah dan kesal
.orang lain merasa tak berdaya dan kalah
Banyak orang dengan kanker sangan
dibantudengan berbicara kepada orang
lain yang menderita kanker , berbagi
keprhatinan dengan orang lain yang telah
mengalami hal yang sama dapat sangat
menenangkan
19 Diskusikan pola fungsi seksual Pasien dengan pasangannya ddilakukan
dalam membina pola seksual pasca
kolostomi.
Beberapa pasien mungkin mengajukan
pertanyaan tentang aktifitas sexsualnya
secara langsung atau memberi petunjuk
15
tak langsung mengenaii rasa takut
mereka .
Beberapa individu dapat memandang
pembedahan sebagai perusakan dan
suatu ancaman terhadap sesksualitas
mereka beberapa mereka takut impoten ,
sementara itu , yang lain
mengekspreisikan kekhawatiran
terhadap bau dan adanya kebocoran dari
kantung selamaaktivitas sexsual .
anjurkan posisi sesksual alternatif , serta
metode stimulasi alternatif untuk
memuaskan keinginan seksual
20 Berikan motivasi dan Intervensi untuk meningkatkan keinginan
dukungan moral pasien dalam pelaksananan prosedur
pengembalian fungsi pascabedah
kolostomi
16
serta komplikasi paru yang
dihubungkan dengan bedah abdomen
. abdomen dipantau terhadap tanda
kembalinya peristaltik dan kaji
karakteristik feses
3 Bantu ambulasi diri Pasien yang menjalani kolostomi
dibantu turun dari tempat tidur pada
hari pertama pascaoperatif dan
didorong untuk mulai berpartispasi
dalam menghadapi kolostomi
4 Beri perhatian khusus pada Pasien lansia dapat mengalami
pasien usia lanjut penurunan penglihatan sampai
beberapa derajat dan kerusakan
pendengaran , serta kesulitan
melakuakan keterampilan yang
memerlukan koordinasi motorik halus
. oleh karenanya , membantu pasien
memegang alat ostomi pada periode
preoperatif dan simulasi pembersihan
kulit pariostomal , serta irigasi stoma
akan membantu pasien .
Jatuh akibat ketidaksengajaan sering
terjadi pada lansia . oleh karena itu ,
penting untuk memastikan apakah
pasien dapat berjalan tanpa bantuan
ke kamar mandi
5 Pertahankan status homodinamik Pasien akan mendapat cairan
yang optimal intravena sebagai pemeliharaan
status hemodinamik
6 Monitor kondisi selang nasogastrik Secara umum pasien pasca-
esofagektomi akan terpasang selang
nasogastrik . perawat berusaha untuk
tidak mengubah posisi . menggangkat
, memanipulasi , atau mengirigasi
selang kecuali memang diperlukan
untuk terapi
17
7 Kolaborasi untuk pemberian Antibiotik menurunkan resiko infeksi
antibiotik pascabedah yang akan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal dan dapat
memperlama proses penyembuhan
pasca-funduplikasi lambung
18
- Atur posisi fisiologis menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal
DX 4: Resiko tinggi kurang nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
makanan yang kurang adekuat
19
Tujuan : setelah 3 x 24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7 x 24 jam
pascabedah , intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus , meliputi : odinofagia berkurang ,
pirosis berkurang , RR dalam batas normal 12-20 x /menit
- Berat badan pada hari ke 7 pascabedah meningkat 0,5 kg
No INTERVENSI RASIONAL
1 Intervensi nonbedah
- Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan Makanan dapat
mengunyah makanan dengan seksama lewat dengan
mudah kelambung
- Sajikan makanan dengan cara yang menarik
Mebanntu
merangsang nafsu
- Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa dengan makan
kandungan serat tinggi
Kandungan serat
tinggi dapat
membentuk
massa feses yang
optimal dan
menurunkan
kondisi
- Pantau intake dan output anjurkan untuk diverkulosis
timbang berat badan secara periodik menjadi
divertikulitis ,
komponen buah-
buahan dan
sayuran dapat
meningkatkan
asupan serat
tinggi
Berguna dalam
mengukur
20
keefektifan nutrisi
dan dukungan
cairan
2 Intervensi dengan pembedahan
- Berikan diet prabedah Diet tinggi kalori ,
rendah residu
biasanya diberikan
beberapa hari
sebelum
pembedahan , bila
waktu dan kondisi
pasien
memungkinkan
Apabila tidak
terdapat situasi
- Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pasca kegawatdaruratan
reseksi kolon , tindakan
praoperatif
dilakukan serupa
dengan
pembedahan
abdomen
umumnya
Parameter penting
adalah dengan
- Lakukan perawatan mulut melakukan
auskultasi bising
usus . apabila
didapatkan bising
usus artinya fungsi
gastrointestinal
sudah pulih
pasca-anastesi
umum
Kembalinya diet
21
ke pola normal
- Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi berlangsung
yang akan digunakan pasien sangat cepat
sedikitnya 2 liter
cairan/hari
dianjurkan
DX 5: Resiko tinggi infeksi b/d adanya port de entree dari luka pembedahan
Tujuan : dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi , terjadi perbaikan pada
integritas jaringan lunak
Kriteria Hasil :
- Jahitan dilepas pada hari khe 12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi
dan peradangan pada area luka pembedahan
- Leukosit dalam batas normal
- TTV dalam batas normal
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji jenis pembedahan dan Mengidentifikasi kemajuan atau
apakah adanya order khusus dari penyimpangan dari tujuan yang diharapkan
tim dokter bedah dalam
melakukan perawatan luka
2 Buat kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan menghindari
22
keadaan bersih dan kering kontaminasi komensal dan akan
menyebabkan respons inflamasi lokal , serta
akan memperlama penyembuhan
3 Lakukan perawatan luka
- Lakukan perawatan luka Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari
steril pada hari kedua untuk menurukan kontak tindakan dengan
pasca bedah dan diulang luka yang kondisi steril sehingga mencegah
setiap 2 hari sekali pada kontaminasi kuman keluka bedah
luka abdomen
- Lakukan perawatan luka Drain pascabedah merupakan material yang
pada sekitar drain menjadi jalan masuk kuman . perawat
melakukan perawatan luka setiap hari atau
disesuaikan dengan kondiai pembalut drain ,
apabila kotor maka harus diganti
23
antibiotik sesuai pesanan dokter
24
oleh karena stoma ditempatkan pada
abdomen , pasien dapat berfikir bahwa setiap
orang akan melihat ostomi. Perawat dapat
membantu mengurangi ketakutan ini dengan
memberikan informasi aktual tentang prosedur
pembedahan dam pembentukan , serta
penatalaksanaan ostomi.
5 Hadirkan pasien yang pernah Berdiskusi dengan individu yang berhasi
dilakukan kolostomi menghadapi kolostomi sering membantu
menurunkan kecemasan pasien prabedah
6 Berikan privasi untuk pasien dan Memberi waktu untuk mengekspresikan
orang terdekat perasaan menghilangkan cemas dan prolaku
adaptasi , adanya keluarga dan teman-teman
yang dipilih pasien melayani aktivitas dan
pengalihan akan menurunkanperasaan
terisolasi
7 Kolaaborasi : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
Beriksn anticemas sesuai kecemasan
kondisinya , contohnya diazepam
25
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kesimpulan
Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang paling sering dijumpai pada
penyakit menular seksual dan diduga berperan dalam proses terjadinya kanker,
kanker serviks menduduki peringkat pertama kematian pada wanita akibat penyakit
keganasan ini. Gejala klinis yang timbul akibat kanker serviks antara lain:
pendarahan pada vagina, keputihan, lesi pada daerah genetalia, diagnosa dapat di
tegakkan dan didukung oleh anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjang,
contohnya seperti: metode skrining seperti VIA (visual inspection with dilute solution
of acetic acid) dan Pap Smear (papanicolaou smear) dapat dilakukan untuk
26
mendeteksi kelainan sitologi pada sel epitel skuamosa. Tindakan kolposkopi dan
biopsi dilakukan jika hasil skrining menunjukkan kecurigaan ke arah keganasan.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kelompok kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Dan apabila ada terdapat kesalahan kata mohon dapat
mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak
luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dini, D., Penat, D. A. N., Kolon, K., Rektum, D. A. N., & Zohori, A. (1986). ini terjadi.
Ii, B. A. B. (2002). BAB I, 1–42.
Kedokteran, J., Kesehatan, D. A. N., Violita, F., Hubungan, I. De, Sinar, P., Dengan, M., …
Matatula, F. (2014). RESOURCE-LIMITED UNDERGRADUATE MEDICAL
KARAKTERISTIK KANKER KOLOREKTAL Wahyuni Syukuriah Tatuhey , Helfi
Nikijuluw , Josepina Mainase Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura, 4(Mm).
Namun, S., & Usus, K. (2010). Kanker Usus – Memahami Kanker pada usus, 1–5.
Setiawati, D. (2014). Human Papilloma Virus Dan Kanker Serviks, 450–459.
Tjhay, F. (2011). RISIKO INFEKSI HUMAN PAPILLOMA VIRUS ( HPV ), 10(1), 24–30.
World Health Organization (WHO). 2013. Bulletin of The World Health Organization 2012;
90: 478-478A.
Wulandari, A.S. 2010. Pengertian Dan Pemahaman Resiko Ca Cervix Pada Wanita
Usia Subur Di Indonesia. Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya.
Yayasan Kanker Indonesia (YKI). 2011. www.yayasan kanker indonesia.com.
Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia (YPKSI).2011. www.yayasan peduli kanker
serviks indonesia.
Japaries, Willie (2012). Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC
Mutaqqin, Arif (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
Soebachman, Agustina (2011). Awas 7 Kanker paling Mematikan. Yogyakarta : Syura Media
Utama.
28